Senin, 02 November 2009

DOA NOVENA LINGKUNGAN KRAMAT

Novena Lingkungan Kramat

• 16 Mei 2001

Sore itu aku baru pulang dari Jakarta, langsung aku pergi ke rumah pak Mardayat untuk mengikuti pembukaan doa Novena; Mungkin Tuhan Yesus menuntunku agar mengikuti doa novena sampai selesai, karena sebelumnya aku sudah minta izin tidak bisa mengikuti karena tugas pameran di Jakarta. Permohonan yang aku sampaikan hanya satu, semoga dikabulkan untuk berziarah ke Israel dan Italia pada tahun ini.

Kebetulan doa dipimpin oleh pastur Adoson sekalian misa kudus. Aku agak terlambat sedikit dan disusul oleh pak Ulu yang terlambat karena akan menjemput pastur tetapi tidak ketemu dan bersimpangan jalan. Peserta doa cukup banyak. Aku merasakan bahwa Tuhan datang pada waktu Ekaristi Suci, karena bulu kudukku berdiri merinding. Pak Pudjono mengatakan kepadaku bahwa yang pertama-tama dilihat hanya simbul sebuah telur mentah.

Perkiraanku adalah bahwa hati kita bagaikan sebuah telur yang begitu rawan, gampang pecah dan tidak bisa menjadi telur yang siap ditetaskan, apabila tidak bisa menjaganya.
Aku merasakan hal tersebut pada diriku yang begitu mudah jatuh dalam kegelapan dosa; melalui mataku, pikiranku dan perbuatanku. Ataukah simbul bahwa kami belum bisa melihat Tuhan Yesus dengan kasat mata ataupun mata hati? Tuhan Yesus ampunilah aku orang yang berdosa ini.

• 17 Mei 2001

Sore itu doa Novena diselenggarakan di rumah pak Atik/ ibu Cucun. Kebetulan doa dipimpin oleh pak Yohanes yang dimulai pada pukul 18.30. Cukup banyak yang terlambat karena diperkirakan mulai pukul 19.00. Pak Pudjono mengatakan kepadaku bahwa yang dilihat hanya simbul sebuah payung.
Perkiraanku adalah bahwa payung kita hanya satu yaitu Yesus Kristus Tuhan kita. Jangan memakai payung yang lain. Namun bisa juga bahwa keluarga Atik-Cucun perlu payung dari kita semua. Payung rohani yang diperlukan pada saat-saat itu.

• 18 Mei 2001

Sore itu doa Novena diselenggarakan di rumah keluarga pak Darma. Kebetulan doa dipimpin oleh pak Ulu yang dimulai pada pukul 18.35; Cukup banyak yang datang karena sampai di luar.
Pak Pudjono mengatakan kepadaku bahwa yang dilihat seperti Tuhan Yesus yang kedua tanganNya bersatu seperti berdoa di depan dada. Beliau datang dan pada akhirnya mengatakan :”Wis, endang munduro.” (Sudah, cepat mundurlah).
Perkiraanku adalah bahwa karena pak Darma sendiri belum pulang dan kami belum mengenal pak Darma sampai pada waktu itu. Kami masih mencari apa yang dimaksud dengan perkataan itu. Apakah masih berhubungan dengan keluarga tersebut? Pak Darma sendiri yang bisa menjawab.

• 19 Mei 2001

Sore itu doa Novena diselenggarakan di rumah pak Rusdi; Kebetulan doa dipimpin oleh isteriku yang dimulai pada pukul 18.35. Pak Pudjono mengatakan kepadaku bahwa yang dilihat piala yang tertutup dan masih dibungkus kain, setelah itu kelihatan seekor gajah.
Perkiraanku adalah bahwa piala yang tertutup melambangkan kita belum pantas untuk menerima Tuhan Yesus pada waktu itu. Atau sebenarnya malahan Tuhan Yesus berkenan memberikan piala Nya kepada kita?
Gajah menurut perkiraan kami lambang kejayaan (kendaraan para raja) atau anugerah kepada kita. Atau simbul ilmu pengetahuan dan kesucian?

• 20 Mei 2001

Sore itu doa Novena diselenggarakan di rumah mas Yun Widiatmoko. Kebetulan doa dipimpin oleh pastur Adoson yang sekaligus pemberkatan rumah; Yang datang boleh dikatakan banyak sekali, karena sampai di luar. Untuk doa Novena dipimpin oleh ibu Maria Riyadi dari Grantex. Pak Pudjono mengatakan kepadaku bahwa yang dilihat simbul sekuntum bunga mawar merah yang besar.
Perkiraanku adalah bahwa bunga mawar melambangkan Bunga Mawar yang Gaib dari Bunda Maria. Bunda sendiri berkenan memberikan berkat melalui Rosa Mistika. Menurut pastur Adoson, ada doa Novena Rosa Mistika.

• 21 Mei 2001

Sore itu doa Novena diselenggarakan di rumah keluarga ibu Surya. Untuk doa Novena dipimpin oleh pak Rusdi
Pak Pudjono mengatakan kepadaku bahwa tidak ada lambang apa-apa. Namun dia menerima lambang lodong yang berisi air dan bunga setaman. Biasanya sebagai lambang kematian, namun bisa juga lambang kehidupan. Dalam keluarga ini ada yang harus mati, untuk lahir kembali dan hidup sebagai anak Allah.

• 22 Mei 2001

Sore itu doa Novena diselenggarakan di rumah pak Witul. Untuk doa Novena dipimpin oleh ibu Zakarias
Pak Pudjono mengatakan kepadaku bahwa yang kelihatam adalah beruk (tempurung kelapa) berisi beras wulu sedikit. Pak Witul memang sudah pensiun, namun harus mencukupi untuk hidup bersama anak menantu dan cucu..

• 23 Mei 2001

Sore itu doa Novena diselenggarakan di rumah ibu Sudjana. Untuk doa Novena dipimpin oleh pak Sugimin. Pak Pudjono tidak datang karena sakit, sehingga kami tidak bisa tahu apakah malam itu juga ada simbul-simbul bagi kami.

• 24 Mei 2001

Sore itu doa Novena diselenggarakan di rumah keluarga pak Ulu. Untuk doa Novena dipimpin oleh pastur Harry Noll sebagai penutupan doa.
Pak Pudjono mengatakan bahwa tanda yang kelihatan adalah simbul bunga mawar putih dan seorang bayi. Apabila mendengar cerita Rosa Mistika, maka ada tiga macam warna bunga mawar yaitu merah putih dan kuning. Mawar kuning yang yang selama ini belum pernah kelihatan. Apakah keluarga pak Ulu akan dikaruniai momongan lagi?

Pada akhir makan malam, keluarga yang masih tersisa tinggal tuang rumah, bapak ibu Pudjono dan aku dengan isteri.
Dalam penglihatan pak Pudjono, ada seorang wanita muda yang datang dan ingin tinggal selama semalam di rumah pak Ulu. Dia di dekat pintu belakang dan tetap berdiri di sana. Sewaktu kami tanyakan tentang kehidupan kita, dia (mengaku bernama Santa Angela) berkata bahwa pak Pudjono agar mencoba merubah kebiasaannya (sok ora urus lan gampang nesu), Ibu Pudjono baik-baik saja, isteriku baik-baik saja sudah tenang, pak Ulu mempunyai sesuatu yang menjadi kekuatan, bu Ulu agar tidak gelisah dan macam-macam dan aku sendiri katanya sudah banyak berkat yang diterima.

Setelah mau pamitan, Tuhan Yesus datang di tengah-tengah kami dan pesan-Nya adalah : “Aku sedoten ana ragamu, Aku kanggo kekuatanmu, Aku kanggo bentengmu; Terus ngucapo kaping telu “Gusti Yesus, Gusti Yesus, Gusti Yesus.” (Sedotlah Aku kedalam tubuhmu, Aku menjadi kekuatanmu, Aku menjadi bentengmu. Terus ucapkanlah tiga kali :”Tuhan Yesus, Tuhan Yesus, Tuhan Yesus.”)

2 komentar:

  1. Hi hi Bapak berani nulis-nulis begini (otokritik, refleksi) nggak malu. Tanda kedewasaan rohani ya Pak?

    BalasHapus
  2. http://www.youtube.com/watch?v=V9SOUm_lN-4

    BalasHapus

Jagalah kesantunan dalam berkomunikasi, walaupun diselimuti kemarahan, kejengkelan, tidak puas dan sejenisnya.