Selasa, 17 November 2009

Pengalaman 11 November 2008

11 Nopember 2008
Hari Selasa pagi kami berempat pergi ke gua Bunda Maria di Tawangmangu. Perjalanan menuju ke sana nyatanya cukup berat. Jalannya cukup menanjak tinggi, yang membuat kaki dan nafas begitu berat. Di perjalanan entah di perhentian jalan salib ke berapa, kami didampingi oleh suster yang kulitnya agak kehitaman. Dia mengaku bernama suster Katrin dari Dompu. Katanya dia yang diutus piket mendampinhgi kami..

Setelah sampai ke gua, kami berdoa dan mengucap syukur.. Aku cuci muka dan mata karena kacamataku patah dan semua kelihatan tidak jelas. Aku tidak tahu mengapa gagang kacamata sebelah kiri patah sewaktu di Matesih setelah dari sungai di belakang rumah. Malamnya sewaktu mengunjungi makam Pangeran Samber Nyawa, yang sebelah kanan juga patah sehingga aku tidak berkacamata. Pak Pudjono mengatakan bahwa malam itu Pangeran Mangku Negoro ke empat datang menyambut kami, berpakaian kejawen. Anehnya juga, pak Harto juga selalu kelihatan dengan senyumnya yang khas. Dia malah duduk di kursi hanya mengenakan kaos singlet. Tidak ada komunikasi dengan mereka, karena semuanya tidak menjawab, sewaktu ditanya.

Di gua Tawangmangu kami dijemput oleh Santo Yusup dan kemudian Bunda Maria juga berkenan hadir. Dalam pandangan pak Pudjono sepertinya kami diminta membaca tulisan yang berjalan, seperti running-text di TV. Sayang tulisannya tidak begitu jelas. Apa yang tertulis di bawah ini mungkin betul mungkin salah karena tidak jelas.

“Youth of Matrix …….. Holl ae He we Ave ….. …. Ima … of the venture in centrum …. .. Holl ae He Ave ….. Holl ae He Ave ….. Holl ae He Ave ….. Holl ae He Ave ……”

Kemudian Santo Yusup seperti bicara :”Immanuel kuwi hamba Allah kang terpuji. Ya ana kene kuwi yen nggoleki. Padha karo papan liyane, ning ana kene luwih cerah.”

“The past venture of natural in Holl ae He Ave ….. fitures of manual to back ground of life ….. My movie in health the most control of life ….. The people of ceremony of Gregory.”

Kemudian seperti ada gambaran domba dan ada suara berbisik :”Entenana arep ana uwong siji sing ndherek.” Aku tidak tahu apakah yang dimaksud ibu-ibu muda berjilbab yang menjaga gua tersebut.

Kemudian ada gambaran seperti ceret untuk masak air, ada kursi singgasana tetapi masih kosong. Setelah itu ada gambaran menara berwarna kuning dan suara :”Homili” Sepertinya Santo Yusup yang berbicara :”Paribasan kowe uwong kang golek iwak. Nek arep oleh akeh ya ana kedhung. Mungkin angel anggonmu nggoleki utawa nyekel, uwong banyune akeh lan jero. Aku percaya yen kowe uwis duwe dalane. Ananging durung sempurna nyemplunge. Saka segi kualitas uwis mumpuni, ananging anggone nyekel iwak durung bisa, mula sering isih uwal.”

Kemudian ada simbul salib. “Underaning kamulyan kang sejati ana kono. Cekak aos nylametake.” Kemudian running text keluar lagi.
“Measures of memory of your arbant (arbor?) of people …. graduated monolog ….. happy many people ….. moon the holy day …. we life of Son ….. we use comfort, commanded in your health ….. this is summary memory your venture …”

Kemudian ada suara :”Aku kepengin kupingmu, pandelenganmu luwih cetha, sebab iku bahasa sing kowe ora patek ngerti.” Kami menawar kenapa tidak bahasa Jawa saja dan dijawab :”Lha iya, mesthine saya suwe saya angel. Tembunge gen saya mateng. Kamardikan kuwi neng awakmu, ning Gusti ora meksa. Lerena dhisik, wektune isih suwe.”

Kemudian ada simbul gambaran mawar merah, dan Bunda Maria berkenan hadir dan berkata :”Aku kang diutus rawuh, aku kang diutus nemoni. Uwis jangkep, ana bapa ana ibu.”

Kemudian running text keluar lagi :” Kurahe (?) …….. . Uniform religious of dead (?) beautiful memory, like shine of beautiful of sun ….. Graduated most of loose the shine in this competence ….. at most many people. ….. You must most many grade to go up ….. .. We hope happy at new decade ….. This is memory to go on in circulation in the new main (?) my self ….. You must (most) spring help ….. no more time to the dead, because the more time was loose ….. . The Imma as use Emmanuel comfort …. many people we hope come back to God. ….. . You must increase happiness ….. Swallow ….. swallow ….. swallow ….. Holy memory like music in main (mind) …. .”

Kemudian sepertinya Bunda Maria pergi, tetapi Santo Yusup masih kelihatan berdiri dan suster Katrin mesih menunggui. Simbul mawar merah datang lagi, dan kemudian Bunda Maria hadir kembali.

“The most situated (situation?) measure kindle (?) to break was loose ….. only sprayed with me ….. an adult ….. your health. …. You must like me to holy to got in curable critis (?) measure to God. ….. to use commanded to the world. ….. Deasure comfortable main ….. Declarated of holy …… submerge (?) on the world ….. Defactor immonolog cufier(?) (?) ….. Alto guard to go on ….. to use more time to loose ….. to corporate in mark means God or sample ….. This is principle to absent practice to use combine God memory or no …”

Kemudian ada simbul telapak tangan kanan :”means - name - life - your mainer - judge of break.” Ada suara :”Kuwi simbul tanganmu tengen.”

Kemudian ada simbul seperti botol minyak wangi pipih tetapi ukuran besar :”uniform, communities, in link, slank bed (bad?)in new decade. ….. To growth Ambassador ….. adverb ….. yes … yes … yes to yield.”

Kemudian ada simbul bintang :”umbilicus versus hum labratori ….. more most white to clean …. transferse ….. calibrate ….. in come.”

Pak Pudjono menangis mengeluarkan air mata terus ke gua dan berdoa sejenak. Kemudia kembali berkumpul dengan kami. Ada simbul topi pet yang transparant :”Suggest …. to use link life … underground level … many people ….. sub level very support of your main ….. you must upgrade with commanded to grow up ….. submerge in principal holly news ….. This is circle link …. the best … civilities (?) game double hole gape finish.”

Kemudian ada simbul seperti kukusan untuk memasak nasi :”Tape and voice to bring justice complete ….. Durable to comfort image zig-zag zig-zag (dan semakin tidak jelas, dan akhirnya kami menyerah)

Kami mengucap syukur dan berterima kasih, walaupun kami merasa tidak bisa apa-apa. Mungkin Santo Yusup dan Bunda Maria kecewa melihat kami yang begitu gampang menyerah.

Kami kembali pulang dan berjalan menuju Sepanjang yang jalannya begitu menukik tajam. Hari itu begitu istimewa bagi kami dan cuaca cukup lumayan bersahabat dengan kami. Begitu kami masuk ke rumah di Matesih, hujan deras seperti ditumpahkan dari langit. Barulah terasa bahwa sepanjang kaki merasa pegal-pegal, dari ujung pinggul sampai telapak kaki. Tuhan, Bunda Maria dan Santo Yusup, terima kasih karena engkau telah menuntun kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jagalah kesantunan dalam berkomunikasi, walaupun diselimuti kemarahan, kejengkelan, tidak puas dan sejenisnya.