Senin, 16 November 2009

Pengalaman Februari 2007

12 Pebruari 2007

Senin sore aku ditelpon pak Yohanes dan pak Mardayat bahwa pak Pudjono sudah di rumah pak Mardayat dan aku langsung ke sana. Yang hadir malam itu adalah pak Saan, pak Yohanes, pak Sumeri, pak Sumadi, pak Mardayat, mas Agus Sudarno, kang Ade yang diajak mas Agus dan aku serta pak Pudjono. Kang Ade adalah Ketua RT ditempat mas Agus Sudarno yang beragama Islam. Kami ngobrol kesana kemari sampai kurang lebih pukul 23.45 dan berkisar pukul 24.00 kami berdoa bersama.

Sebelumnya pak Pudjono mengatakan bahwa ada yang hadir memakai peci warna coklat model veteran. Dia menyebutkan dirinya bernama Kiai Tapa berasal dari Wirasari Jawa Tengah bagian selatan. Dia mengaku sebagai perjurit biasa berkisar tahun 1937. “Aku amung nunggoni kowe kabeh lan aku bisa nyerep omonganmu.”

Setelah tengah malam, simbol yang kelihatan adalah babi, setelah itu gambaran punakawan di pewayangan, kemudian cagak yang tertancap di tanah. Punakawan tersebut adalah Semar, Gareng, petruk dan Bagong. Babi menurutku termasuk pemakan segala sampai bersih dan sering tempatnya becek. Kemudian suara yang didengar pak Pudjono : “Babi tak dhawuhi ngresiki reregedmu, ngresiki reribet, lelaramu ben luntur, ben ilang tinggal warase. Mula ana punakawan sing nggawa sukacita, gen padha jejogedan. Pewayangan kuwi pangejawantahe para ratu.” Yang terlihat kemudian Puntadewa. “Puntadewa iku ateges pepuntoning nasib, pepuntoning padhang.”

Mungkin termasuk agak berat, maka pak Pudjono bertanya tentang simbol kami malam itu, dan simbol malam itu adalah sapu lidi baru yang berdiri terbalik. Simbol pribadi kurang lebih :
Aku disimbolkan panci besar yang berisi air, siap dipakai. “Bengi iki Darmono sing uji coba mulang ana kene.”
Kang Ade  labu siam atau jepan “bisa mrambat ana ngendi wae lan sing penting ana uwohe”
Mas Agus Sudarno  palu “Gen ditegesake dhewe. Kudu rada sabar, aja seneng nuthuk palu.”
Pak Sumadi  Cap stempel “ Ketoke rada tegang. Aja kemrungsung. Jerih payahe ana, uwis katon.”
Pak Yohanes  Toples isi air “Ora ana dhawuh apa-apa. Sing penting kanggo nggrujug uwong liya, aja kanggo awake dhewe.”
Pak Saan  poci “Dewandaru bengi iki ana pak Saan. Dadi sing dadi sesepuh bengi iki pak Saan.”
Pak Mardayat  isih rahasia (?) “Uwis sehat. Gen digoleki dhewe, sesuk rak ngerti. Pikirane Darmono bener ning kurang munggah sethithik.”
Pak Sumeri  sedang semedi “Lagi nggoleki Aku ana kana. Mengko rak ketemu Aku. “ pak Sumeri diminta berdiri dan diberi selendang sutera yang dikalungkan di pundak seperti stola. Setelah itu diminta untuk memberkati kami semua dan kami jawab amin.
Pak Pudjono  janur kuning “Tumben lagi ketok. Kadingaren”

Kemudian pak Pudjono seperti melihat seorang pastor memakai juah putih, memakai tutup kepala kecil. Karena menghadap membelakangi dikiranya anak perempuan kecil
“Saiki Darmono tak dhawuhi ndhisiki. Apa wae, yen perlu mlayu ya ora apa-apa. Mbukak Alkitab ya ora apa-apa.” Aku agak bingung dan aku bacakan dari Injil Matius 18:7-9 tentang celaka bagi yang melakukan penyesatan. “Endang tamakna menyang kabeh uwong gen kuat. Saiki coba apa srekelane pak Sumeri? Tak kira awake dhewe ora kalebu kaya ngono kuwi.”
Aku mencoba berbicara tentang bacaan di atas dan menjelaskan kepada kang Ade tentang perkumpulan kami, yang sedang belajar mencari jalan terang yang sejati.

Kemudian pak Pudjono melihat ada piala yang dibawahnya ada kain putih lebar. Aku perkirakan hal tersebut altar yang melambangkan Kristus sendiri. Pak Pudjono seperti berlutut yang aku perkirakan Tuhan Yesus berkenan hadir. Dan nyatanya Gusti rawuh! Pakaian-Nya putih. Aku bertanya apa yang harus kami lakukan pada tanggal 3 Maret pas wiyosan Dalem, dan dijawab :”Tanggal telu Maret sing apik menenga ana ngomah wae. Aku bakal rawuh ana atimu dhewe-dhewe. Aku kang bakal jumeneng ratu ana atimu. Aku priya gung kang kok tunggu njaga keslametanmu. Iku yen kowe ora lali. Lha yen lali ya dicoba maneh. Kiai Tapa iku pahlawan kang melu nylametake negara. Yen Aku pahlawan kang nyirnakake memala, nyirnakake durhaka, pahlawan kang nylametake lakumu. Kuwi kabeh pahlawan. Sing siji pahlawan kadonyan lan sijine pahlawan kahyangan. Mula mau tak wiwiti saka gambaran kiai Tapa. ..... ..... . Pak Sumeri jumenenga, iki ana rejeki akeh tampanen.”

Pak Pudjono sepertinya melihat gajah yang kami sebut ki Durpa. Kami ngobrol tentang sebutan saudara Yesus di Kitab Suci. Pak San, pak Sumeri, pak Yohanes dan pak Mardayat mencoba mencari di Alkitab.
Kami bertanya tentang sebutan saudara Yesus dalam Kitab Suci, apakah saudara kandung dan dijawab :”Gusti Yesus iku ora duwe sedulur sak bapa biyung. Dadi sing diarani sedulur kuwi yen sak emper, sak drajat, sak tuladha karo Aku. Iku sing disebut dadi keluarga-Ku. Sak drajat padha karo sak grade, sak emper lan padha nglakoni gesang sing diwulangake Gusti. Dadi sapa wae sing ngleksanakake dhawuhing Gusti, iku kabeh dadi sedulur.”

Pertanyaan pak Sumeri tentang doa apa dalam Misa Kudus dari awal sampai akhir, pada waktu bukan perjamuannya :”Dongane kang wiwitan iku apike nyuwun pangapura, terus nyenyuwun marang Roh Kudus supaya madhangi kanggo kabeh sing melu pasamuan suci. Dadi ora kanggo dhewe; Terus sembah bekti. Ya marang Kangjeng Ibu Maria ya kagem Gusti. Lha yen ana Doa Syukur Agung anane mung nyembah Gusti kang carane beda-beda. Sembahen lan delengen. Ana kono kuwi roti lan angur uwis meresap dadi Salira lan Rah Dalem Gusti. Ana kono kabeh donga dipimpin karo pastor sulihe Gustimu. Kabeh umat padha ngamini. Yen nampa Salira Dalem, tanganmu unjukna, matur nuwun yen Gusti uwis nganggep layak lan nampa yen iku unggul-unggulmu. Tangan mbok athungake terus unjukna ana ngarep sirahmu. Bubar kuwi banjur kok pangan, cepet wae mengko mundhak tiba. Bubar komuni lan berkat umume dianggep uwis bubar, uwis sah. Dongane sak durunge metu saka pasamuan ya nyuwun slamet ana dalan. Lha yen arep sowan Kangjeng Ibu Dewi Maria, iku ora dikudokake amarga uwis butuhe dhewe-dhewe.

Pak Saan kemudian ngomong kapada kang Ade tentang agama untuk hidup atau hidup untuk agama. Juga bercerita tentang pandangan Katolik tentang keselamatan yang berlaku bagi semua orang yang percaya dan melaksanakan kehendak-Nya. Pukul 04.00 kami berdoa bersama dan pertemuan ditutup.

16 Pebruari 2007

Hari itu aku mengajak pak Pudjono main ke rumah pak Sumeri yang kebetulan juga ada pak Ado. Seperti biasa kami ngobrol kesana kemari sampai petang hari. Sekira pukul 19.00 pak Pudjono melihat seperti garuda atau elang warna kuning sedang bertengger di pohon. Aku mengira itu garuda kencana yang dulun pernah terlihat di rumah pak Mardayat. Suara yang didengar oleh pak Pudjono sepertinya :”Ngaturake mangayubagya.” Kemudian burung itu pergi dan diganti bunga mawar putih. Mungkin karena bahasa dan sudah capai bekerja seharian, pak Ado pamitan menengok rumah. Malam itu hujan sepertinya tidak mau berhenti walaupun tidak begitu deras. Hubungan telekomunikasi terputus sama sekali karena tidak ada pesawat telepon atau HP yang terbawa. Kami bertiga di teras rumah.

Berkisar pukul 21.30 pak Pudjono melihat anggur, kemudian topeng berwarna merah, setelahnya lampu teplok tidak menyala. Kemudian terlihat cakruk atau tempat berteduh untuk jaga malam dicat warna merah biru. Setelah itu terlihat salib hitam yang disandarkan, pisang setengah matang satu tandan, ceret besar, anak domba yang sedang makan nggayemi. Terlihat pakaian model bela diri dengan sabuk berwarna warni seperti pelangi. Dari pakaian tersebut terlihat seseorang yang mengaku bernama Daeng Katon. Rambutnya digelung ke atas, tangan di depan dada seperti orang Hindu dengan kaki bersila. Dia mengaku dari Masamba (?) yang kami perkirakan dari daerah Makasar Utara. Anehnya ia datang menyembah dahulu. :”Badhe matur.” Pikiran kami mau tidak mau teringat akan pesawat Adam Air yang hilang disana dan ingin menanyakannnya. Tetapi dia malah berkata :”Luwih becik aku tak mundur.” Kemudian pergi. Yang kelihatan kemudian seperti babi hutan gemuk bertaring, memperhatikan kami terus pergi. Kemudian terlihat vas bunga keramik yang tinggi, kursi kayu tinggi dan seseorang tanpa baju dengan celana komprang hitam. Orang tersebut berjalan kesana kemari tidak duduk di kursi. Kemudian orang tersebut seperti berganti celana seperti ratu di pewayangan. Kemudian terlihat gelang rantai berbentuk bulat tersambung semua.

Dalam keadaan menunggu, pak Pudjono mencoba memanggil dhanyang atau penjaga gaib di daerah situ. Dalam pandangan pak Pudjono, dari atas bukit turun seseorang masih muda datang terus jongkok kemudian bersila. Dia mengaku santri dan bernama Eko yang bertugas jaga di daerah tersebut. Kemudian pak Sumeri dipersilahkan berbicara dengan Eko jika ingin berkomunikasi ikut menjaga rumah tersebut. Kemudian Eko pergi karena katanya anaknya menangis.
Kemudian kami bertiga mencoba melihat keadaan pesawat Adam Air yang hilang. Aku berkata bahwa aku pernah melihat dalam keadaan meram, langit yang biru dipenuhi seperti potongan bunga-bunga berwarna keperakan. Dalam pandangan pak Pudjono dari tahap ke tahap, terlihat bahwa bagian belakang atau ekor pesawat patah. Mengapa sampai patah dan terlihat simbol battery di belakang pesawat. Apakah hal tersebut simbol bom? Jangan-jangan!

Pak Pudjono bertanya tentang simbol-simbol bagi kami pada saat itu. Pak Pudjono besimbol ikan di aquarium, aku diberi simbol arem-arem atau sepatu hanya sebelah kanan. Pak Sumeri bersimbol buah pinang atau bohlam mati. Kami bertanya untuk yang lain.
Pak Mardayat  kereta api, di jalan sendirian, bakiak panjang untuk bertiga, jembatan berpagar, ban atau karet yang menggerakkan mesin.
Pak Yohanes  munthu
Pak Saan  salib yang kiri kanannya ada cantelan, permen terbungkus yang diulir bungkusnya, jenang kudus besar
Pak Sumadi  tumpukan bambu cukup banyak
Mas Agus Sudarno  jalan lewat bambu atau kayu kecil, nguwot
Pak Abraham  ada sandal sudah di bawah

Beberapa saat kemudian pak Pudjono seperti melihat seorang perempuan muda seperti ratu kecantikan memakai mahkota. Pakaiannya sutera kuning dan membawa tongkat tetapi masih jauh sekali. Sesaat kemudian pak Pudjono berkata bahwa dia Bunda Maria yang masih jauh, dan kami berdoa dalam hati mengucap selamat datang dan pasrah. Bunda Maria berkata :”Ndang aturna aturmu siji-siji.” Kemudian kami bertiga menyampaikan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan kami, dan mengharapkan Bunda Maria mau memberi wewarah kepada kami. Setelah selesai, Bunda Maria berkata sambil menjauh :”Yen kepengin suwe ketemu aku, ya resikna dhisik awakmu.” Kemudian semakin jauh dan hilang. Kami bertiga mulai berpikir macam-macam. Apakah hal ini berhubungan dengan mengundang Eko?

Sesaat kemudian pak Pudjono melihat seseorang yang tinggi besar membawa tongkat, brewok tidak tebal, pandangannya keras tetapi tidak galak. Waktu ditanya dia mengaku sebagai Santo Petrus dan sewaktu kami bertanya bagaimana cara menyebutnya, dia menjawab :”Aku undangen pak wae, wong aku ya manungsa.” Pak Sumeri masih penasaran tentang jiwa-jiwa di Api pencucian dan dijawab :”Wong sing nyemplung ana Latu Pangresikan iku uwong goblog sing ora bisa apa-apa. ..... . Becike nyembahyangna sedulurmu wae. Sembahyang kanggo bapak ibumu, gen endang mentas saka kono.”
Pertanyaan tentang orang tua ada dimana, dijawab :”Kudune kowe nyuwun pirsa yen Gusti rawuh dhewe, aja takon karo aku.” Aku bertanya tentang keluarga Agus anakku yang di Batam karena sewaktu pernikahan dihadiri pak Petrus. Dia malah bertanya apakah sudah dilakukan atau belum pesan itu, dan katanya kemudian :”Sing ana Batam padha becik kabeh, uwis ngleksanakake apa sing tak suwun ndhisik. Aku ora bisa ngajari kowe, kudune Gusti dhewe. Ketoke kowe uwong telu uwis bener. Kangjeng Ibu mesthine ora duka. Iku perasaanmu dhewe. Uwis, aku tak bali dhisik, gen wong liya sing piket. “ Kami mengucap terima kasih atas kahadirannya.

Kemudian terlihat seperti wanita cantik berpakaian model Jepang memainkan kipas. Dia mengaku bernama Kiroko Yuma yang berarti putri cantik dari Umae (?). Sepertinya dia sedang senang bermain kipas, dan sewaktu ditanya jawabnya :”Takon terus, tak sawuri lho!” Kemudian kami tidak bertanya hanya melihat saja apa yang dikerjakan. Kemudian mertua pak Sumeri bernama pak Sura datang menjenguk. :”Aku niliki sing gawe omah, uwis dadi apa durung. Kowe kabeh tak tunggoni nganti esuk.” Pak Sumeri dipersilahkan ngobrol dengan mertuanya. Dan kemudian kami tidur karena sudah pagi, sudah tanggal 17 Pebruari 2007.

17 Pebruari 2007

Siang itu bu Sumeri dan Putri datang mengirim makanan dan HP yang tertinggal. Kemudian pak Saan datang naik motor, pak Mardayat juga datang naik ojeg. Kami ngobrol-ngobrol sampai sore dan mereka pulang boncengan. Malamnya baru pak Yohanes datang menyusul. Petang itu banyak simbol-simbol yang dilihat pak Pudjono, antara lain pisang kepok sesisir, kelapa, cethok, cangkir, seperti sekop namun juga seperti garpu.

Berkisar pukul 24.00 sepertinya ada seseorang yang sedang menggambar atau mengabsen, terus pergi. Kemudian terlihat seperti tangan menyembah, pohon aren, arem-arem, topeng, ular berkumis seperti lele, wadhah ububan dari kaca. Sepertinya Tuhan Yesus hadir namun masih jauh sekali, berputar-putar melihat ke segala penjuru. “Sing bener ibumu kuwi saka swarga. Lha wingi kae rak pirsa ta? Dadi sing dikandhakake Darmono nyang pastor Kasali kae bener, ning dheweke durung bisa nampa.” Tuhan Yesus sepertinya lenggahan. Jawaban tentang pertanyaan kenapa berkarya di Yahudi :”Bangsa Arya kuwi bangsa pinilih, bangsa pinunjul. Mijile ngidul wetan. Aku iki bangsa Arya kang mijil ana kono, bangsa sing uwis tumata dhisik. Cina iku uwis ana nabine kang tumata. Timur Tengah durung ana. Ana tlatah Cina ana nabi sing jenenge Oei San Cha (?), tegese nabi kiblat telu. Madhepe kulon, ngidul, ngetan, sing ngalor ora Ngalor isih kosong. Mburi lor kana ora ana uwong, sing akeh madhep ngidul. Sandhang pangan papan sing diudi. Yen Aku jumeneng ana tengah-tengah, Aku lajer, ajarane siji mubeng kiblat papat. Aku ora nganggo kiblat. Kiblate atimu, adhepmu, dadi ora ana kiblat. Dadi, ati kuwi mung siji, nyang endi wae ketemu.”
Kami bingung dengan jawaban tersebut dan ingin bertanya dan dijawab :”Ora. Aku bangsa Arya kang mijil ana kono. Arya kuwi akarya, piyambak. Piyambak kuwi yen saka dhuwur bisa diarani nitis, titisan kang akarya. Amarga ana kono akeh padudon, kang kudu dipisah, ditengahi. Jebule ora bisa, sing nggugu malah bangsa sanes. Nganti saiki bangsa kono kuwi isih padudon, saling melempar sing ora becik. Israel lan Palestina lan tanggane yen rujuk, donya kuwi malah rusak. Mengko malah adoh saka Aku, malah nyembah berhala, sebab ora ana sumber kekuatan. Sing ana sumber kekenyangan. Iya, nek dongane tentrem, ning atine ora.”

Pak Pudjono memohon minta simbol angka tentang kelahiran Tuhan Yesus, dan pak Pudjono melihat simbol angka 03-03--3 yang diartikan 3 Maret tahun 3SM. “Tepate 0303-3.”
“Luwih becik kowe bersatu ngengeti wiyosan Dalem, bersekutu ana ngomah. Dadi yen bisa kanggo keluarga ana ngomah. Dadi sing mengeti keluargamu, sedulurmu, dadi rak malah akeh. Persembahane gampang; yen kowe duwe klambi, wenehna sedulurmu sing ora duwe klambi. Yen kowe duwe bandha utawa sega, wenehna bandha utawa sega kuwi nyang sedulurmu sing ora duwe. Yen kowe rekasa, pasrahna marang Gusti. Yen kowe duwe brana, lumarabna marang Gusti. Kabeh kagungane Gusti. Biasane uwong bisa ngomong ngono ning ndhekaku.”

“Saiku tak paringi cangkriman! Urip kanggo pejah utawa pejah kanggo urip? Tegesna, uraikna dhewe, mesthine padha bisa. Ning ana kene sifate pribadi, jawabe dhewe-dhewe, ning aja nggubungake Gustimu.”

“Lanang wadon iku sing lanang endi sing wadon endi? Lanang jejer apa lanang waler? Wong wedok iku isane nemplok ora bisa waler, ora duwe tenger, ning duwe bener. Jlentrehane ngono ya bisa. Wong wedok kuwi panggone rezeki, ning lanang panggone kuasa.”

“Sega sewakul kena apa didum koq ora entek? Tegese sing koq wenehi bakal mantep ngenehi. Dadi tambah akeh ora kelong. Dadi rak uwong sugih? Ananging sing ngenehi ora nganggo perjanjian. Yen nganggo perjanjian malahan sing ngenehi malah utang, malah kelong.”

Untuk kelompok Durpa :’Uwis; uwis, mengko rak kedudut.”
Simbol-simbol :
Pak Yohanes mbabat suket :”Ngresiki reregede dhewe, ngendhekake awake dhewe. Ngendhekke ature utawa omongane.:”
Pak Sumeri  anglo kecil :”Tegese angilo pasuryane dhewe, apa wis bisa ngilo. Kaca tegese apa wis bisa ngaca.”
Untuk aku  mbongkok damen terus diobong :”tegese khasile uwis dipethik, sisane sing ora kanggo dibuang. Uwis panen, uwis semono. Seblak iku nggo ngresiki.”
Pak Pudjono  keris tanpa garan :”Tegese wilahane uwis wujud ning kurange akeh, durung jangkep, durung dianggo. Lha ana kene rak duwe karep anyar. Ana Bandung simbule ragi, bobok, usar, moto.
Pak Mardayat  sepet mawa mbakar menyan, ngirim nyang kuburan nganggo sarung.
Pak saan  gedung bertingkat, njampeni bocah cilik, yen kumpul ana kana apike sabar dhisik. Nggone pak Mardayat ndhisik, dheweke usih kuwat mlaku isih bisa ngalah.
Pak Abraham  gayung cidhuk bathok klapa tegese uwis anyep uwis ayem uwis pulih uwis resik.
Pak Sumadi  kembang loro ditaleni dadi siji :”Ya wis ben digawa kabeh, ora papa mengko sing mbiji rak meneng, rak hengkang. Sing bener ya sawiji.
Pak Andir Bukit  lagi njupuki kopi dhewe-dhewe, becik
Pak Siahaan  sendhok makan nasi di piring
Pak david  bata merah
Pak Weking  piring tengkurab
Mas sardiman  bocah belajar jalan memakai bambu yang berputar, piyik burung
Bu Pudjono  parut mengkureb, beras sekarung
Bu Sri Yohanes  anduk, beras segelas
Bu Sumeri  meja taplak, Sabtu Legi, mangkok
Isteri  duwit disimpan di kacu sapu tangan diikat


19 Pebruari 2007

Hari Senin itu aku harus ke hotel Topas untuk membantu anak-anak SMP St. Yusup agar bisa tampil main angklung. Aku ajak pak Didik dan pak Yahdi untuk ketemu management Topas. Dari sana aku menjemput pak Pudjono untuk aku bawa ke Pasirimpun. Malam itu kami janjian untuk bertemu di rumah atas. Yang hadir pak Mardayat, pak Sumeri, pak Sumadi dan pak Yohanes, jadi berenam. Memang malam itu dari sore sudah hujan tanpa henti. Terang sebentar terus hujan lagi. Kami ngobrol dari teras saung dan akhirnya pindah ke dalam rumah saung karena bias air hujan yang membasahi. Dari sore pak Pudjono melihat simbol lampu petromax yang menyala.

Berkisar pukul 23.15 pak Pudjono melihat simbol kunci besar berwarna kuning, pohon cemara. Di kebun sepertinya ada seseorang yang sedang bertapa tanpa baju dan mengaku bernama Mbah Jajal. Setelah itu terlihat simbol tikus, bumbung bambu :”Bumbung wadhah banyu kanggo ngangsu.” Kemudian terlihat seperti orang kejawen pakaian hitam dan mengaku bernama Bong Sutadi. Orangnya masih muda. Kemudian terlihat lilin, salib putih, Alkitab dan piala. Setelah itu kami berdoa bersama. Sekilas pak Pudjono seperti melihat Tuhan Yesus datang terlihat setengah badan, bersinar dan sinarnya berputar, masih jauh sekali. Kemudian terlihat canthing untuk membatik.

Pak Pudjono bertanya tentang simbol Durpa dan terlihat kepang yang tergelar, diberi plastik, kemudian bleketepe dan wakul dari bambu. Kemudian terlihat seseorang seperti prajurit zaman dahulu. :”Jenengku Kiai Padang, aku bala tentara Mojopahit zaman Danurwenda (Janurwenda?). Aku gawe padhang. Bengi iki aku sing piket. Becike padha karo sing koq pikirake. Para rasul saiki lagi retreat.”

Simbol saat itu yang diberikan oleh Kiai Padhang
Pak Pudjono  rangka keris, sebagai kelengkapan keris hari sebelumnya. Piandel
Pak Mardayat  kolam renang, amba budine akeh isine
Pak Sumadi  keris, piandel utawa gaman
Pak Sumeri  cincin akik, timang sabuk. Seneng, ana sing arep ditimang
Pak Yohanes  alat ndeplok kinang dari kuningan. Arep oleh duwit tukon kinang.
Untukku  alat seperti sekop dan juga seperti garu atau jangkar, putih tajam Tegese rosa, pitaya, gedhe antepe, luber budine.

“Dongeng Yohanes Penginjil zaman semana iku dithuthuki, digebuki. Dipala mendel wae amung ndhungkluk kaya wong pasrah. Sidane tangane ndhaplang munggah kaya uwong sembahyang, terus pamitan karo sing nggebuki, terus kesah. Sedane nganti sepuh, bareng wis sepuh. Santo Yohanes uwong kang suci, mundhuk, ora tau rewel mung panggah; Mula Gusti ngampuni, ora ketang uwis resik. Mula banjur bisa ketemu Gusti Yesus wektu iku uga. Mula diwastani seda langsung sumerep Gusti sampun wonten sisihipun. Seda, Gusti ngamping-ampingi; ya ana kono kuwi Gusti kuasa nimbali langsung nyang swarga. Ya kuwi Gusti methuk dhewe ngagem kamulyan Dalem. Yohanes seda bisa ndelok ragane sing ditinggal. Para rasul liyane seda isih nganggo laku, lumampah. Uwong mati kuwi umume ilang nggeblas lali karo ragane. Langsung ilang terus mumbul.”

“Bunda Maria kuwi ratune swarga, wiwit ndhisik ya saka swarga. Sing leres Bunda Maria mangku anak cilik ana donya.”
“Gambaran bulan kuwi kukusing toya. (Koq di Bethlehem?) Ana Timur jauh rak uwis ana ratune. Wektu kuwi ana Yahudi durung ana ratu ampuh kang bisa dadi panutan. Yen ana ratu ampuh mesthi dipateni terus. Ajaran kuwi sakjane rak lumrah wae. Bedane Gustimu lan Bunda Maria rak saka swarga. Swarga iku ana tenan. Aku uwis ngrasakake, kepareng ndherek bingah. Urip kuwi ora gampang, ning ya gampang kanggo sing ngerti. Kuncine sabar. Uwong sabar kuwi paribasane swarga ginawe ayu. Nek jujur kuwi kunci kanggo pokal.
Suci kuwi sehati, sejiwa, sak samubarang kudu resik. Uwong suci iku malah ora bisa ngrasakake apa-apa. Ora ngrasakake urip, digdaya, andhap, lara lan liya-liyane. Suci kuwi bisa diarani ora ngerti apa-apa.”

“Air baptisan kuwi banyu kang suci, kang resik. Kudune resik samubarange. Biasane suwe-suwe luntur, amarga dijajal kang mawarna-warna. Biasane kalah karo kamurkan, kasenengan, kesrakahan lan sapinunggalane.”

“Bengi iki aku sing teka, muga-muga bisa aweh padhang. Aku paring pepadhang, paring wewarah. Yen Roh Kudus paring kekuatan sing bisa melawan. Roh Kudus turun ana awakmu, kowe bisa ngrasakake ora? Biasane kalah karo kamurkan. Wong kang mlebu neraka iku kang dosane akeh, dosane gedhe. Dosa kuwi sejatine ora ana, sing ana kumpulan kelakuan, banjur numpuk-numpuk terus diarani dosa, sing ora mranani Gusti. Kumpulan selak, kumpulan kesalahan; Dadi kudu ana salah dhisik. Uwong kang ora salah kuwi uwong kang bener lakune, kang diremeni Gusti, banjur gesang langgeng. Sejatine dosa kuwi ora elek ning salah. Contone mengkene, kowe kuwi sugih, tur menangan. Iku kabeh mau rak sugih-sugihmu dhewe, menangan-menanganmu dhewe. Kuwi ora dosa, ning yen olehmu nganggo salah, kuwi dosa.”

“Yen kanggone aku, Islam kuwi tegese waspada; Sing ora waspada ya padha kecemplung. Dadi kudune yen disebut agama, ya agama waspada. Ngertine waspada, jarene tuhane kuwi Allah, ning gambare ora ngerti.”

“Uwong mati, dhisik dhewe wong mati kuwi ana sing methuk. Yen sing methuk apik, ya mesthi apik. Lha yen sing methuk ala ya dalane beda. Iku sing normal, sing ora normal sok malah ora ana sing methukake. Yen sing methuk becik, apik, mesthine ya digawa ana papan sing sekeca. Lha yen sing methuk ala, ya bisa digawa tekan neraka. Dadi step-e, tahapane werna-werna, akeh banget, aku ora ngetung.”

Simbol angka
0 = padhang 5 = rumaket, pitaya, angsana
1 = ana 6 = jujur ning kojur, kelalen
2 = genep, genepe 7 = miturut, sawitri, kembul
3 = apik, suci, ndalan 8 = tuhu, tua, tumata, ndhanyang
4 = durhaka, panyakra, suta 9 = entek-entekan, bar kuwi ora ana angka, angka gunung
10 = esuk, ndadari
666 = sial, aja dilakoni ndhak ketempuhan, gawat.

“Yesus utawa Joshua tegese siji ora ana padha, siji sing ora ana tunggale, siji mutlak dudu absolut, siji bleger, kempel, tunggal.”

“Pak Pudjono, kowe kudu jejeg, ora kena golek dhuwit dhisik, sing tetep kuman (ora oleh sambat?) kaya dhawuh ndhisik, supaya kanggonan rumangsa ana, ora oleh sekel.”
“Darmono ora perlu kakehan donga, rasakna dhisik wae, wong sing biyen wae durung kaleksanan. Ora usah sumelang yen ora tekan, ora oleh nganyang, sing santai wae. Mengko rak muncul dhewe.”
“Pak Sumadi aja kakehan wewengkon, entek-entekane ya mung siji sing ngrejekeni. Siji wae sing diayati. Mengko rak milih. Ana apa ta koq seneng ngudarasa, mbok coba dikurangi”
“Pak Mardayat wis ayem tentrem arep golek apa maneh? Tuwasane ngantuk, mbok sare wae, timbangane melu gendheng kurang gawean. Wis lingsir.”
“Pak Yohanes linggih wae aja njungkir balik, mengko mundhak kadang konangan”
“Pak Sumeri nduwe, nduwe, mengko rak duwe putu, senenge kok magita-gita”

Katuranggan kelompok Durpa saiki iki ambopong wadi
Pak Pudjono katuranggane mencak silat
Darmono  redhep yep, kaya uyah
Pak Sumadi  nyatria bagus, lanang lumajang
Pak Mardayat  dewa turun menyang donya, bendara sinubya
Pak Yohanes  senenge klincat, jelehan, untel-untel, gumyeng
Pak Sumeri  ?

Pertanyaan pak Sumeri tentang mujizat memberi makan 5.000 dan 4.000 orang laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak-anak. “Coba rasakna apa zaman semana uwis akeh uwong lan padha nglumpuk ana sawijining panggonan. Mesthine ya padha golek pangupa jiwa kanggo panguripan. Gen tambah misuwur lan dadi pangeram-eram, angka-angka kuwi mau digawe kaya mengkono. Sing disebut angka 5.000 kira-kira ya sekitar 900 wong lanang, lha angka 4.000 rasane berkisar 950 wong lanang.”

“Bengi iki kang mligi kanggo kowe, bengi kang suci. Pangeram-erame, kowe wani sowan Gusti, wani melek. “

“Baptisan zaman para rasul, bisa malah luwih saka 3.000 uwong, wong astane Gusti Yesus malah semple, nganti kesel nggone nyangga. Yen karepku, Gusti rawuh njur mbaptis.”

Kemudian Kiai Padhang berpamitan dan Santo Petrus yang hadir gantian, berjubah, dipundaknya seperti menyampirkan sesuatu. Pak Petrus termasuk tinggi besar kuat. Kami sedang berbicara tentang puasa yang sebentar lagi akan kami jalani.

Santo Petrus :”Pokoke kudu pasa! Aku ora tedheng aling-aling, aja takon wae. Lho, biasane rak padha madhep mengulon, saiki koq madhep mengetan?”

..... ....

Setelah pak Petrus pergi, yang datang bapak Abraham, berpakaian berlapis-lapis, tidak tahu berlapis berapa. Mungkin model pakaian pengembara pada zaman itu.
Bapak Abraham :”Mesthine petangpuluh dina pasa kudu dilakoni, yen arep nggolek padhang, nggolek menang. Kuwi kabeh kanggo sing kuwat, sing murwat. Kaya ngono wae ditakokake. Aja rokokan, aja jajan, aja dolan, ngurangi mangan. Dhuwite dilumpukake kanggo pakaryan liyane.”
Kami jadi bertanya yang lainnya, termasuk perdebatan siapa sebenarnya yang dikurbankan antara Iskak dan Ismail.
“Bab zaman semana, yen ana kaswargan kowe ngaturi Sara lan Hagar iku mbakyumu (?). Aku dipilih Gusti dadi bapa bangsa, lan Sara iku ganepe, dadi padha karo kowe. Ana kono kudu bisa dibedakake antara aku sing dipilih, karo sing ngampingi aku amarga kewajiban ngembangake brayat. Zaman semana Iskak disunat dhisik, nanging sing tak karepake, sing dikurbanake Ismail. Sunat kuwi berkat, kang ateges Iskak diberkati, sing tampa berkat Iskak. Secara lahiriah aku kepengin Ismail dikurbanake, gen padha berkate karo Iskak, ning ora bisa. Sing dimaksud dikorbanake iku dipersembahkan, ora dibeleh. Sing bener Ismail sing arep dipersembahkan amarga anak mbarep. Ora ana anak koq arep disembelih. Sing dibelih ya tetep cempe anak wedhus. Yen wis dadi wedhus ya gen manak. “

..... ..... .... .

“Sunat ana kene mengandung arti pengakuan atas keturunan. Nanging ana kene sing kuasa sing ngendika mangkono, aku rak mung penyuwunan; jejere bapa rak kudu adil. Ismail kuwi anak mbarep, ya karepku sing arep tak persembahkan kaya biasane cara adat wektu kuwi. Mbok dikaya ngapa sing jejere bapa rak ora kena mbedakake. Ananging Gusti uwis ngendika mangkono, Iskak sing kudu disunat dhisik. Kowe uwis ngerti sapa Sara sapa Hagar lan asal usule. Zaman biyen, supaya diakui banjur diparingi tandha, dikupas kulit anune; Banjur dikepyakake, diumumake yen uwis dadi umate, yen uwis dipilih kanggo sabanjure.”
“Aku ora bisa gawe tulisan sejarah; Sing malik wonge.”

..... ..... .

Setelah bapak Abraham pergi, giliran nabi Musa yang datang. Berpakaian jubah agak membungkuk, alis mata sedikit menonjol maju, janggut atau rahang bawah agak maju, rambut jenggot juga maju ke depan.

Nabi Musa :”Nek pasaku aneh. Pasaku mangan apa wae kang ana ngarepanku, ora kena tak tolak lan ora kena ngarani. Ning malah diarani pasa pinilih. Aku urip ana perjalanan kasangsaran, berisiko. Ya kuwi sing jenenge pasa, ora kudu ora mangan.”

Aku bertanya yang lainnya, namun jawaban nabi Musa malah menggunakan bahasa halus krama madya. Aneh memang.
“Sinai menika tegesipun manungsa ingkang dados setunggal kaliyan Gusti. Kula mboten sombong lho pak Darmono, kala semanten kula sampun jagongan piyambah kaliyan Gusti. Kula nulis wonten loh watu diangge tandha wonten perjalanan. Lha tandha ingkang kula tulis menika tandha ingkang wigati. Tandha ingkang diparingi Gusti ngantos dumugi siti suci ingkang sampun dipun tunjukaken. Dhawuhipun zaman semanten kula dereng mangertos maksudipun nanging kula serat wonten loh watu ingkang mungul. Mangke mindhak keburu ical dhawuhipun.”

“Kala semanten rikala mlajar saking Mesir lan nyebrang laut (Teberau) inggih mboten sekedhap. Nyabrang laut menika laminipun antawis gangsal dinten rinten dalu. Lautipun mboten terbelah ananging asat. Dados ingkang ketingal inggih luas sanget, pak Darmono, salajengipun dipungambaraken laut ingkang terbelah. Kadhang-kadhang inggih nengga wonten sak inggilipun karang-karang ingkang ketingal, menawi pas toya laut minggah. Firaun menika rak sanget nresnani kawula, pak Darmono. Dados zaman samanten teras dipun wontenaken ingkang kados temenan, ngoyak-oyak bangsa Yahudi ingkang mlajar.”

“Rikala semanten kawula namung nguntabaken sedaya tiyang ingkang badhe lumebet dhateng Kanaan. Nguntabaken wonten sainggiling gunung Nebo. Mangke malah mindhak manggihi peperangan, manggihi pertumpahan darah. Mlebet dhateng Kanaan menika inggih kedah perang lan perang, ingkang mboten saged dipun endhani. Kula nggih taksih gesang radi sauntawis, kaliyan sedaya sedherek ingkang wonten ing Madaba (tidak jelas?). Pramila kasebat dados bangsa Madaba menika. Kuburan kula zaman semanten wonten ing nginggil redi Nebo menika. Sak kilenipun greja ingkang samenika, radi wonten lereng. Malah jarang dipun tuweni para peziarah.”
“Mangga sami andum slamet lan berkah Gusti.”
.............. .... ..... .

Setelah nabi Musa pergi, kemdian nabi Elia yang hadir. Nabi Elia berpakaian sederhana, memakai ikat pinggang tali Dalam ikatan sebelah kiri tersebut seperti ada kantong perbekalan

Nabi Elia :”Pasaku ora mangan uyah lan pasaku melek. Mula mung uwong kang melek kang sering tampa kawruh, tampa dhawuh. Tutugna nggonmu melek gen akeh ganjaranne, akeh berkahe, akeh sanak kadange. Aku nabi kang paling mlarat, ora duwe omah, ora duwe tlatah, ora duwe anak buah. Aku nabi kang bisa mabur, nabi kang muksa, nabi kang minggah swarga nganggo raga.”

.... ..... ..... .


Kami ngobrol dengan nabi Elia sampai jam 04.00 pagi sudah tangal 20 Pebruari 2007. Waktu itu mulai terganggu suara-suara keras pengeras suara. Maka kami pamitan dan mencoba tidur walaupun hanya sebentar.


20 Pebruari 2007

Pagi-pagi sambil membuat minuman panas, kami melanjutkan ngobrol di teras saung. Aku membakar roti dengan bumbu, pak Yohanes mencabut ketela pohon terus digodog. Pak Sumeri menyiapkan membuat supermie dengan segala macam dedaunan kebun.

Sambil ngobrol kami bertanya kepada pak Pudjono, kira-kira apa yang dilihat tentang bangsa ini, apakah musibah masih ada terus. Dalam pandangan pak Pudjono kelihatannya cukup mengerikan karena masih banyak musibah yang akan terjadi di negeri ini. Pesawat jatuh terbakar, kapal tenggelam, tabrakan di darat, gempa dan tanah longsor terlihat bagaikan slide yang berganti-ganti. Pak Pudjono mengatakan sepertinya musibah yang akan banyak terjadi adalah yang masuk ke air. Apakah gambaran tersebut berhubungan dengan musibah di air?

Mengapa semua ini harus terjadi? Suara yang terdengar mengatakan memang harus begitu. Selama masih ada yang dikejar-kejar, masih ada yang disengsarakan, musibah itu akan berjalan terus. Yang mengalami musibah kan tidak selalu orang yang bersalah? Ada suara yang didengar bahwa, oleh karena itu hidup ini selalu waspada dan diharapkan untuk selalu peka dengan tanda-tanda yang dapat dirasakan. Jalan hidup seseorang tidak harus selalu melewati yang baik dan enaknya saja. Orang-orang yang bertobat dan melakukan kebaikan dan kebenaran akan tetap diterima oleh Tuhan, walaupun meninggal dalam musibah.

Dalam pandangan pak Pudjono, Santo Petrus sudah hadir berdiri memakai jubah putih, menghadap ke selatan bersandar di kayu pagar saung.. banyak ajarannya diberikan kepada kami dengan penuh kerendahan hati, walaupun kadang ceplas-ceplos terasa kasar. Kami tidak berpikir bila tanggal 22 Pebruari 2007 adalah hari raya pesta tahta Santo Petrus. Mau tidak mau nama Santo Petrus melekat di hatiku, karena sewaktu perkawinan anaku Agus dan Ida, dia hadir dan memberi pesan. Cucuku yang pertama memakai nama Santo Petrus. Petrus Emanuel.

..... ..... .
Pak Sumeri bertanya untuk memantabkan lagi tentang tulisan Yohanes.
“Wektu ana Golgota, ana penyaliban, Yohanes ora ana, Sing ana ibune. Sapa ta sing tega mriksani putrane kang lara? Ana kono pancen ana wawan rembag antara Gusti Yesus kaliyan Kangjeng Ibu. Gusti mriksani mudhun marang keng Ibu lan ngendika :”Ya ngene iki anakmu; Wis tekan.” Banjur keng Ibu mangsuli kang kurang luwih :”Yen ngono aku melu, amarga kabeh uwis kelakon.” Gusti Yesus ngendika maneh :”Durung bisa ibu, tugasmu rak isih ana sing kudu dileksanakake, tugasmu momong manungsa, termasuk para rasul. Dadi ibune kabeh manungsa.”
Lha kuwi sing disadur karo Yohanes. Ya umum ta yen wong lara kuwi sambat, yen ketaman rumangsa ora kuwat. Mungkin beda karo awakmu, kaya jaran kepentut, angger-angger sambat. Sapa ta sing ngerti wektu penyaliban kuwi? Kabeh rak padha ndhelik lan wedi. Sing bisa crita wektu semono ya ming Kangjeng Ibu.”

Aku berkata bahwa Tuhan Yesus pernah berkata supaya belajar dan menemui ketiga rasul kawruh, khususnya Santo Petrus. Menurut pak Sumeri mungkin hal ini seperti rekoleksi.
“Yen kaya ngene iki koq anggep rekoleksi, koq ora cocok. Sing ngundang kowe apa aku? Retreat jarene nyepi, neng kene ora nyepi ning tamba kangen. Sing durung bisa, durung sak rasa. Sak dulur sak rupa sak pandonga sak tuladha tak kira uwis bisa nanging durung sak rasa. Kuwi sing angel banget. Sranane? Coba delengen aku nganti kunang-kunangen, suwe-suwe rak ketok. Sing mbok cekel selehna. Coba bayangna banyu kang mili kae banyu saka uwong kang lagi nguyuh. Terus uwonge mlaku alon-alon mrana rene. Gerak gerike mbok bayangake ana papan putih. Paribasane mbok gawe orek-orek ana papan putih kuwi mau, banjur ketok gegambarane. Mengko suwe-suwe rak bisa. Lho, kok bisa ya? Cobanen.”

Kami bertanya kepada Santo Petrus yang memegang kunci besar keemasan, tentang keluarga kami yang sudah meninggal. Jawabannya memang macam-macam, ada yang sudah mendapatkan papan minulya, ada yang masih diutus mengajak orang lain menuju ke kesalamatan kekal, ada yang sedang menolong saudaranya dibawa ke tempat terang. Namun ada juga yang mempunyai jalan berbeda, malahan ada yang ke Laut Kidul. Kami bertanya apakah mereka masih dapat diusahakan untuk menuju ke jalan terang, namun malahan dijawab jangan-jangan dalam usaha itu kita yang akan terbawa ke jalan gelap.

Waktu itu datanglah pak Rufinus Rangan yang ikut ngobrol, dan aku bertanya sekalian kepada pak Petrus tentang anak pak Rangan yang sudah lama meninggal. Dijawab :”Bocah iku isih ana pangkone ibune. Ibune nganti saiki isih durung rila, durung siap ditinggalake. Coba saiki pak Rangan apa uwis bisa nampa kedadeyan kuwi. Lha iki bocahe uwis ana jejerku. Padha nyenyuwuna marang Gusti, bocah iki arep tak gawa munggah.” Kami berdoa bersama dan didaraskan oleh pak Rangan. Pada saat itu aku tidak bisa melukiskan apa yang ada di dalam hatiku. Kelihatannya semua yang berkumpul disitu merasakan hal yang sama. Kami semua menangis dalam perasaan bahagia, gembira memuji Tuhan, sampai-sampai aku dan pak Pudjono terisak-isak tidak bisa berkata-kata. Begitu kasihnya Tuhan Yesus kepada umatnya yang tidak bisa diungkapkan. Pada saat itu pak Petrus mengatakan bahwa disitulah kami semua baru bisa satu rasa. Pak Pudjono mendengar suara anak pak Rangan yang mengucapkan kata terima kasih kepadaku dan mengucapkan selamat tinggal bagi kami semua. Kemudian pak Pudjono mencoba berkomunikasi rohani dengan ibu Rangan yang ditinggal di rumah. “Pak Darmono, terima kasih.” Kemudian pak Rangan diminta pulang dahulu untuk ketemu ibu Rangan dan berdoa bersama di rumah. Pak Petrus mengatakan :”Kedadeyan kaya ngono kuwi kudu mbok wartakake, kaya ngapa katresnane Gusti kang ora bisa diukur. Kadadeyan kaya mangkono iku kalebu pangeram-eram sing mbok sekseni dhewe.”

Pak Sumeri bertanya tentang doa pada saat tanggal tiga Maret 2007 nanti, mungkin ada pathokannya dan dijawab :“Donga kanggo tanggal 3 Maret 2007 iku gampangane ya matur nuwun dene Gusti wus kersa rawuh. Ucapna gen anak bojomu mangerteni :”Matur nuwun, Gusti sampun kersa rawuh ing donya menika. Kersaa rawuh ing griya kula, rawuh ing sedaya manah kulawarga kula.”


Kemudian Santo Petrus pamitan pulang, namun sesaat kemudian datanglah seseorang yang memakai baju model koko memakai peci, sepertinya ada sarung yang disampirkan di pundak. Dia mengaku bernama Matius Barakatuh. Dan kami bertanya-tanya apakah rasul penginjil atau bukan. Sesaat kemudian dalam pandangan pak Pudjono Santo Matius sudah berganti pakaian memakai jubah putih. “Ya wis, yen mangkono aku tak ganti pakaian dhisik.” Mungkin kami sudah terbiasa berpendapat atau berpandangan bahwa yang kudus itu harus seperti begini dan begitu. Dan menjadi kaget apabila berpakaian yang tidak biasanya dan timbul rasa tidak percaya.

Santo Mathius : “Aku disebut santo Matius Barakatuh (?). Muga-muga berkatku bisa kanggo kowe kabeh. Tulisanmu kuwi uwis bener, paribasane cangkrimane uwis cocok dibukak. Garis besare bener. Karo zaman ndhisik cak-cakane pancen rada beda. “
“Aku sejatine saka tlatah Persia pesisir daerah Tarsus. Aku lahir ana kana lan sateruse makarya ana daerah Tarsus, mula aku disebut Tarsus amarga saemper karo wong Yahudi. Apa kowe gelem disebut wong Yahudi? Dadi aku iku versus Yahudi, lawan guneman, lawan berlatih karo wong Yahudi. Ya ayo yen kowe kersa berlatih karo aku.”

“Bab tulisan “Tidak akan mati sebelum ..... “ iku tegese kang mati langsung dipethuk Gusti Yesus wektu iku uga, ndelok kamulyan Dalem. Dadi kang diserat ana kono kuwi hubungane karo rohani, dudu sing ketok kaya awakmu saiki iki.”
“Bab silsilah kang ana Injil koq bedo karo Lukas? Silsilah saka Perjanjian Lama kang tak tulis iku crita saka Uhr. Aku nggoleki benere saka Kitab Uhr, komplite Uhrszani (?), tegese langkep.”

22 Pebruari 2007
Hari ini kebetulan hari pesta tahta Santo Petrus. Aku berkumpul di rumah pak Mardayat. Yang datang pak Pudjono, pak Sumeri, pak Siahaan, pak Yohanes dan pak Sumadi. Seperti biasa kami ngobrol dahulu dan sekitar pukul 21.00 kami berdoa bersama. Nyatanya Tuhan Yesus berkenan hadir dengan pakaian jubah putih seperti biasa.
“Bener Matius iku saka Tarsus, wong Persi, dudu wong Yahudi. Murid-Ku saka ngendi wae kena rak malah langkep. Kiai Padhang ikun ketemu ana dalan terus tak utus. Para rasul lagi padha kumpul dhewe ana perlu. Rak malah gampang ta? Dina Rebo ya prei dhisik, isih ana dina, isih dawa.”

Perihal puasa
“Pasa apa wae kena, sesirika kena, mati raga ya kena. Yen ora isa yen ora kelebon upa, mangan ya kena. Iku kabeh rak aturan sing mbok gawe. Yen kuwat pasa ya ora apa-apa. Yen bocah-bocah aja mbok peksa, mengko kowe dhewe malah ora pasa.
Pasa kuwi sing luwih becik, apa sing mbok senengi ora mbok lakoni. Yen seneng ngrokok ya aja ngrokok dhisik. Yen seneng adus ya ora adus.” Kami semua tersenyum lebar.

Simbol Durpa tidak kelihatan tetapi ada suara
“Karang pawongan ….. tegese wong kerek (tuwa), wong klumut. Ya wis ngono kuwi.”
Kemudian terlihat salib, sebelahnya seperti papan. Pertanyaan kami sewaktu Tuhan Yesus mengingatkan orang yang disembuhkan tetapi jangan menceritakan mukjizat yang Dia buat, dan jawaban-Nya :”Yen rame-rame mengko malah padha ora percaya. Sing penting sing lara kuwi gen percaya dhisik, dudu wong liya. Dadi ora susah dikabarake.”

Mukjizat makan 5.000 lan 4.000 orang
“Gathukna dhewe yen kowe arep martakake, kira-kira kowe kudu ngomong piye? Sak umpamane wektu kuwi mung ana uwong sethithik, rak dadi dudu pangeram-eram dudu mukjizat, terus dianggep biasa. Mula kuwi mau ora usah kandha-kandha, gen sing kepengin lan percaya gen teka dhewe.”

Rencana kunjungan ke Yogyakarta pada bulan Mei 2007 apa diperkenanan?
“Isa, ora apa-apa. Tak keparengake mubeng-mubeng ziarah. Ketoke Jumat pertama wis ana acara ya? Aja dirubah-rubah dhawuh-Ku. Pokoke Aku arep mampir saka ngomah lan omah. Tak parani dhewe-dhewe. Wayahe wong padha melek. Aja digawe susah sing penting ana ngomah siap-siap nampa Aku.”

Kami bertanya untuk meyakinkan apakah betul Petrus wafat karena kepala pecah diadu ke tembok batu, dan dijawab :“Yen kowe takon matine Petrus, ya ngono kuwi, diblesek-bleseke ana lemah, banjur dijeblesake watu.”

Pak Pudjono  bibit ikan
Darmono  pager
Pak Sumadi  sandal, dakon
Pak Yohanes  hanya ada suara “Juragan?”
Pak Siahaan  pincuk kosong
Pak Mardayat  rebab
Pak Sumeri  negor gedhang


Berkenaan dengan pengobatan alternatif yang ditanyakan pak Mardayat, Tuhan Yesus sepertinya membisikkan :“Jabuten, Saiki wahyune uwis pindhah ana wong liya.”
“Pak Pudjono kowe ora bisa nambani, bisane nduduhke tamba, nduduhke lelara. Rak malah enak kaya mengkono.”
“Pak Sumeri sing penting wening atine, mengko rak bisa.

Perihal Islam itu waspada dan Hindu itu Durma
“Jane Islam kuwi wassalam, selalu menghormat selalu berdamai. Sing didhawuhke agama kuwi rak ngenehi salam, ning koq dheweke malah rumangsa bener dhewe banjur njaluk dihormati, njaluk disalami. Waspada kuwi ora ana, sing waspada kuwi wonge. Wonge sing selalu mengangah (membara).”
“Padha, jane Hindu kuwi tenger telu, padhang, becik. Pakaryane rena telu kudu becik. Tuhane wong Hindhu kuwi mung padhang. Durung bisa nggambarake wong lenggah.”
“Budha kuwi agama wiwitan agama tuwa. Budha wis nganggo ana wonge, wis ana Budha Gautama. Trimurti kuwi telu-teluning atunggal sifate manungsa, sifat kawruh.
Agama Jawa kuwi umume telu-telune dadi siji, malah ora nganggo Kristen. Kristene malah ora dianggo, dilalekake.”

“Neng kono sing disebutke pestane Petrus dadi ratu, ratune wong Katolik sak donya, ratune wong Katolik sak jagad. Becike ora wae, mengko mundhak kakehan dina gedhe. Yen ana kana ya bisa lan kepengin ngeling-eling yen Petrus kuwi ratune wong sak jagad, ning ratune wong urip lho.”

“Aku tak nyedhak maneh, gen padha bisa krungu. Pak Siahaan coba rungokna Aku. Pak Mardayat … becik. Pak Sumeri … kowe kudu bisa, kowe kudu gelem kesel. Kanggo Darmono … tetep, resikna dhisik. Pak Sumadi … sangkan paraning dumadi wis koq cekel, wis ana atimu. Pak Yohanes … mengko rak krungu dhewe, mengko rak ngomong dhewe. “
Ya mesthine sing bakal aweh ya bakal oleh. Sing aweh akeh rak bakal oleh akeh, rak tambah ana.” Kemudian terlihat salib cukup besar. Pertanyaan berat nilai manggul salib
“pak Sumeri durung ana, pak Mardayat pitu, pak Pudjono kowe durung isa, Darmono lagi telu, pak sumadi jane pitu, pak Yohanes lagi papat, pak Siahaan isih kosong. Pak saan uwis buntu.”
“Pastor Sukarno tingkate kanggo pastor nilaine lagi papat. Pastor Kristianto antare telu neng papat isih munggah mudhun. Karepe arep nglangkahi, becik ora susah nglangkahi mundhak keplorot. Pastor Sangker paling telu.”
“Bu Mardayat wis apik, pak Abraham isih telu. Bu Sumeri durung bisa lagi ajar temen. Bu Pudjono malah uwis papat. Bu Darmono malah uwis meh sanga. Bu Sri padha karo kowe durung bisa. Bu Siahaan durung bisa durung cukup umure. Bu Sumadi sing siji telu sing siji pitu. Pak Weking ora bisa digawe becik. Pak Andir Bukit malah uwis loro, bu Andir padha paling-paling loro, pak David Jema uwis telu. Pak Jhoni padha karo pak Mardayat.”

“Manggul salib kuwi tingkat keikhlasan menerima kahanan secara rohani maupun duniawi. Pokoke mbuh elek mbuh apik kudu mbok tampa kudu gelem, aja mung sing apik wae. Diukur nganggo tingkat ibadah sing bener tur pener. Sing jenenge manggul salib kuwi tingkatan ibadah, tingkatan prakaryan sing ana hubungane karo greja lan kamulyan Dalen nganti kesel, nganti tutug. Dadi yen mung kanggo genep-genep ora ana nilaine. Dadi dietung siji-siji, mbaka siji. Dadi ana kene ana hubungane karo pakaryan. Gusti rak ndhawuhake makarya. Becike pikiran bab pak Abraham kuwi culna.”

Arti nama untuk malam itu dijelaskan :
“Djono kuwi tegese rekasa sing mbok gawe ruwet dhewe. Samsudin tegese regejegan, Siahaan tegese tulus. Darmono tegese guru utawa tuwa. Sumeri tegese babad alas. Ana unen-unen Budi Prasetya jenenge goroh. Lha yen wonge Aku ora ngerti. Sumadi tegese lumarab. Mardayat tegese becik lan dhuwur; mar kuwi becik dayat kuwi kedaya-daya ndang dhuwur.”

“Hubungan karo munggah swarga, kuwi ora tak kandhakake, mengko kowe mundhak seneng. Yen swarga tak gambarake sing pasthi, sing nyata mengko ndak malah salah kaprah, sebab kelakuane wong urip kuwi ora padha. Mula digambarake sing bebas saka ……., sing bebas saka ….. . Pokoke papan enak adem ayem ora ana batase, ora ana tepake. “

“Pak Mardayat, jarene wis isa, uwis ketemu. Kabeh kuwi piye sing ngrasakake, ora kudu weruh tenanan, ora kudu isa nyekel.

“Nek sing ngomong kuwi saka jarene, kuwi kleru. Ananging yen sing ngomong kuwi sing ditambani, kuwi oleh. Entek-entekane kowe mengko ya ngomong jarene …. . Sejatine tetep ora isa. Ana kene sing kanggo dudu jarene, ning sing kanggo pituture.”

Apakah kejadian hari Selasa dengan pak Rangan Rufinus itu suatu mujizat? “Kuwi kudu mbok cathet dadi mujizat lan kudu mbok kandhakake. Kuwi kudu kok wartakake ben akeh uwong sing ketulungan. Lha rumangsamu mujizat dudu? Yen dudu kok anggep mujizat apa kowe bisa nyuwargakake? Rak sing nggandheng Santo Petrus. Arepa sing weruh siji ning percaya kabeh. Lha mujizat iki umume ora akeh. Nek akeh malah diarani muslihat, goroh, pengenthan-enthan, mangka tenanan. Mengko liya dina bisa dibuktekake maneh.”

Bertobatlah dan percaya kepada Injil. “Bertobatlah tegese mung melu Aku. Ilangana barang sing sifate nolak Aku. Melua dalan-Ku, kaya kang wus tak surat ana prentah-Ku. Yakuwi ajaran Kasih sing ana Injil. Buktine yen wis wani dibaptis. Dadi aja mung bertobat akal-akalan, ning amrih slamete. Ning sejatine ora ndherek Gusti. Yen kaya mengkono kuwi Aku ngerti. Coba aturna piye, Aku tak krungu siji-siji.”
Kami menjawab satu persatu tentang bertobat menurut pemahaman kami masing-masing.

“Bertobat kuwi simpele kudu wani berubah dadi apik lan apik. Yen sifate berubah ning dijarag, kuwi durung bertobat. Injil tegese damai lan lancar, padhang, slamet lan bersifat sorgawi. Kabar kesukaan kuwi tak paringake wiwit Aku miyos, banjur bisa mulang lan nganti saiki termasuk kang kok critakke kabar bahagia, kabar sukacita, kabar surgawi kuwi tegese Injil. Tegese siji, slamet. Yen kowe maca Injil, kuwi jenenge mung ndonga. Ananging yen kowe martakake utawa ndadekake uwong slamet, ya kuwi Injil. “

Berkenaan pertanyaan pak Pudjono
“Manggul salib kuwi rak ora merga asring weruh Aku. Kuwi ora ana hubungane.”

Pertanyaan pak Sumeri sewaktu berdoa ada yang mak sliwer terus didoakan
“Aku rak nate dhawuh, sing kudu kok swargakake rak sedulurmu dhisik. Banjur ngancik neng wong liya. Nek dongamu kuwi rutin, kuwi apik, kuwi berhasil. Ananging yen kuwi putus-putus, kuwi jenenge kok apalke. Yen kuwi rutin kuwi tegese kok sanggupi. Sing jeneng rutin kuwi sing kudu kok perlokake, sak jam-jame ning tetep. Sing gawe dina lan aturan kuwi rak kowe dhewe. Yen ndongakake anakmu kudune ya saben dina. “
“Sing ngrasake awakmu dhewe, Aku mung mengestoni. Nek etung-etungane ya tetep kanggo. Sing bandhel anakmu (Lusi) ora ngerti sing nyebabake apa. Ora kok dongamu ora tekan. Ora kena kowe nyalahake Aku. Sing penting aja bosen aja jeleh, wong kuwi anakmu.”

Doa untuk roh yang sudah meninggal, sehubungan dalam doa rosario per sepuluh.
“Becike kudu kok pisah lan kok pilah-pilah, ora digebyah uyah. Becike ujub kanggo wong siji wae. Sak ujub wong siji. Yen wong telungpuluh, ya rosariomu ya ping telungpuluh. Jarene telungpuluh kuwi akeh. Yen wis sepuluh rak banjur mandheg. Ana kono kuwi lagi nyenyuwun. Mengko maneh yen wis sepuluh rak mandheg maneh. Yen ngormati Bunda Maria ora mung skeet (50); njaluke sak jelehe, sak kesele.”

Pertanyaan pak Yohanes
“Sak ngerti-Ku donga ngono kuwi ora ana. Ndonga kuwi rak nganggo ujub. Bobote tetep menang rosario. Yen doa malam kuwi ming kanggo awalan, ming kanggo pambuka. Donga menyang aku lan Bunda Maria, loro-lorone apik, kari kemantepanmu. Kowe tepung karo Aku terus donga marang Aku ora apa-apa. Yen kowe cedak karo Bunda Maria ya ora apa-apa. Sing ora apik kuwi pengarep-arepmu. Kabeh tekan. Mesthine yen lewat Aku ya luwih becik. Kowe kudu sadhar yen kowe lagi nyuwun, dadi aja mung metu neng lambe, ning kudu metu saka ati. Mesthine kowe rak tau mraktekake, donga kudu nylametake. Wong durung tau weruh, durung tepang, piye sing kok bayangake? Lha yen Misa bobote beda, mula kuwi wis dilakukan dening imam, wis ana kang mimpin. Ya mesthine luwih dhuwur nilaine. Arepa jane pastur ora tepung, ananging mesthi tekan. Sebab kuwi jenenge pasamuwan, wong akeh kang ndongakake. Lha biasane ujube rak uwis disebutake. Dadi ujub siji disangga wong akeh.”

“Sing becik, luwih becik kudune kowe ora nakokake tingkatane. Yen kowe nampa Komuni, ndeloka maknane wae. Yen kira-kira bermakna tampaa, yen ora bermakna ya mundura. “

“Rosario kanggo Bunda sak jelehe. Sing kanggo Aku rak meh padha karo Litani. Koronka kanggo ndongake wong sing isih ana alam padhang. Sing uwis ditera sembahyang rosario kanggo malaekat agung kuwi jam pitu sore. Pak Pudjono kuwi kepengine cepet-cepet kasil. Ora sah sok kudu ngangon wektu. Wong Islam iku senenge rak pathokane srengenge, dudu pathokan kebutuhan. Ya kuwi sing tak omongke mau, angon wektu. Kowe aja melu-melu.”

Sehubungan dengan istilah talenta
“Talentane pak Sumeri, sakjane bisa ngomong lan gagah, bisa digathukake, gampang dinalar. Contone bu Sumeri wis bisa nampa lan dianut.
Pak Pudjono, talentamu paribasan ming kok cekel ora kok tuduhke. Gampangane yen ora ditabuh ora muni. Jane ana.
Darmono, talentane okeh, brana ana, wicara ana, pakarya ana. Ning sok aja seneng nyeneni. Ya rasakna dhewe. Yen ora cocok njur nyerang.
Pak Sumadi cukup gampang, meskipun masih di bawah tangan, ananging cekap sendika dhawuh ora seneng urikan. Prakaryane biasane nimbus.
Pak Yohanes telantane sing ketok karepe arep disunggi dhuwur ning durung isa. Lha senengane ngono he.
Pak Siahaan pada karo pak Pudjono, talentane isih digegem. Talenta kudu dipisahke saka panguripan, saka pekerjaan.
Pak Mardayat talentane dibukak wis entek, paribasan wis kanggo kabeh. Ya uwis mumpuni. Lha arep kepiye; ya uwis, wis dadi. “

“Talenta kuwi sangu utawa bekal sing tak paringake, kudu nambah secara rohani. Iman kuwi sifate , umume pribadi, uwong per uwong. Yen perbuatan utawa pakaryan sebuten wae talenta. Gusti maringi apa wae kudu nambah, kudu berkembang.”

“salah sawijining talenta bisa didelok saka enenge karunia. Karunia mung dadi sarana kareben talentane nambah. Karunia ana kene jenenge kemurahan. Yen talenta tegese bekal. Yen bekal, saben uwong diparingi. Yen karunia durung mesthi.”

“Iman tetep iman, perbuatan tetep perbuatan. Akeh perbuatane ya kandel imane. Sing wani cacak menang cacak iku tegese imane wis teguh. Yen duwe bandha kanggo ketakwaan kuwi imane nambah. Materi kudu dikembangake kanggo iman lan takwa, iku kanggone Tukul. Penambahan iman ora kudu nganggo dhuwit. Peningkatan iman amarga saka keberanian lan keyakinan, ya babagan rohani.”

“Karunia ana kene umume kelebihan ketimbang liyane, yen berkah kuwi kemurahan Dalem Gusti, kabeh nampa.”
Karunia bengi iki bisa wawan gunem karo Gustimu, tinimbang sing ora teka. Yen berkah Dalem, kabeh padha sehat, kabeh padha seneng, kabeh bisa padha turu. Kuwi jenenge mung berkah. “
“Bengi iki sing oleh karunia bu Mardayat. Bengi iki dadi uwong sing paling seneng, paling bahagia. Ya sakabehe. Yen kowe rak karepe arep njaluk, arep nyadhong. Wong karunia kok nyela-nyela.” Kami semua tersenyum lebar setengah tertawa.

“Waspadakna wae, yen isih akeh uwong kang memusuhi kowe, musibah tetep ana. Sing paling akeh uwong sing diblebegake banyu. Lha sing gawe dosa kuwi rak dudu Aku. Sing gawe dosa rak sing mblebegke, kancane okeh. Lha pakaryan kuwi sing kudu dikurangi. Mesthine yen dheweke wening kaya kowe, mesthine ngerti yen arep ena musibah. Yen dheweke wening, mesthine ngerti yen kowe ora salah.”
Yang terkena musibah kan tidak semua salah atau berdosa :“Nek carane kaya mengkono kuwi Aku ora bisa nggambarake. Sing penting yen lakune miturut dhawuh Dalem bakal tak slametke lan ndherek Aku. Ya, ndherek Aku.”

“Musrik kuwi ora ngakoni Tuhan, manut ajaran liyane Tuhan. Musrik kuwi sejatine ora bisa dijarag, mung sethithik saka sethithik dadi lali lan metu saka Gusti, njur nyembah liyane. Lha liyane kuwi Aku ora ngerti, jelase ora nyembah Gusti. Cekak atene wong Islam ora ngerti sing jenenge musrik. Aja-aja malah akeh sing padha musrik.”

“Jin kuwi ya roh sing jahat. Setan kuwi rohe uwong sing jahat.”

Matius 12 tentang hikmat Salomo :”Ratu selatan kuwi ratu kamurkan. Dadi ratu kamurkan kuwi bakal rawuh melu menghakimi, dadi seksi kanggo uwong-uwong kang arep diadili, arep dihakimi. Dadi ana kene ratu kidul meyakinkan kanggo uwong-uwong kang bener bener jahat, aja nganti uwong-uwong kuwi lepas saka paukuman langgeng. Ana kene mung menekankan yen uwong-uwong kuwi bener-bener salah kudu dijebloske ana papan ….. ….. . Bali-bali jenenge Lucifer-Lucifer sak kancane. Yen basa Jawa jenenge Gentho. Yen ana tanah Jawa lehmu ngarani Ratu Kidul, yen ana Afrika jenenge Lahumi (?). Ratu Kidul padha karo Lahumi sing dikunjara sak lawas-lawase. Yen kuwi medeni kanggone kowe ya kuwi jenenge jahat. Yen kuwi nylametke kowe ya dudu jahat.”

“Janur kuning tegese mung lewat, lunga ora mampir terus slamet. “

Misa ngruwat, misa Imlek dll :“Nek kaya ngono kuwi Aku ora ndhawuhake. Yen sejatine dianggo utawa ditampa, oleh. Ananging yen ngenyek utawa njlontrongake karo sing duwe karep, becike ora dilaksanakake. Misa Sura kuwi ora ana, mundhak siya-siya. Misa Jumat Kliwonan, becike ora usah Misa. Pasture kon ndherek tirakatan wae.”

“Mujizat sepisanan ya ana Kapernaum, Aku wani karo para ahli Alkitab rikala Aku isih cilik. Wiwit kuwi Aku diarani ampuh. Mujizate, para ahli Alkitab tak bingkem cangkeme. Kabeh padha ering karo Aku. “

“Berkat-Ku uwis akeh kanggo kowe.”

Perihal kawin lebih dari satu :“Yen secara Alkitabiah, sing diberkati mung siji, sing diberkati ana greja. Ora kudu mung dhisik dhewe. Sing kanggo sing ora ngapusi. Gampangane, uwong kuwi tetep salah, ora kanggo, ora diberkati. Aku ora nate ngawinke lan mberkati ping pindho. Pasture ora ngerti utawa diapusi, Karep-Ku ora oleh. Hamil dhisik, kudune ya ora oleh.”

Matur nuwun Gusti, sepunika sampun jam 02.00 enjang. Kita nggih badhe bubar.

Pak pudjono  jaran kepang
Darmono  nimba nyebori, nyirami
Pak Sumadi  pisau
Pak Yohanes  catut
Pak Siahaan  mubeng-mubeng terus mengkureb pincuknya, mangkok plastic kosong
Pak Mardayat  tepas, membikin sapu nyerut sada blarak
Pak Sumeri  stepler heckter, orang mengikat sesuatu dengan tali tradisional.



24 Pebruari 2007

Sabtu malam itu setelah selesai latihan koor aku pulang dengan isteri. Sesampai di rumah ada telepon pak Yohanes bahwa dia dengan pak Sumeri ke rumah pak Pudjono. Aku menyusul ke Girimande berkisar pukul 22.00. Kami ngobrol pengalaman rohani sewaktu di rumah pak Mardayat. Pak Pudjono sendiri hari Minggu sore akan kembali ke Yogyakarta.

Berkisar pukul 00.15 pagi hari tanggal 25 Pebruari 2007 pak Pudjono melihat simbol enthong, kemudian secara samar-samar dari jauh datang seseorang, bersila tetapi kakinya panjang sekali. Dia mengaku bernama Kiai Modjo dari kasultanan Solo Kidul (?).
“Aku ana dusun Mijilan, mbok sebut Bawen ya kena. Nek ora, ya ana kuncen. (jawaban ini membingungkan kami apa maksudnya) Aku saka Bale kasatriyan Wetan. Bengi iki ora ana sing piket, sing didhawuhi aku”

“Manggul salib kuwi ukurane nganggo rasa, lha yen santai ya bijine nol. Neng ngendi wae ya padha. Sing penting nganggo rasa. Terjepit, tersiksa, teraniaya, dioyak-oyak, kuwi dadi salib. Nek ukurane ekonomi, durung, amarga kuwi mung kahanan. Contone hakim lan jaksa rikala Tibo kaya sing kok kandakne, iku jeenge tegel, wong dudu beban. Yen kanggone Tibo iku salib Kristus, ning bijine loro. Dheweke dadi tiban, dadi kurban, dudu berjuang dudu berkarya. Lha yen rama Sandjaja kaya sing mbok takokake, yen nurut aku iku martir. Sebab ana kene peristiwane wis beda, berjuang kanggo agama. Dudu berjuang kanggo kelompok. Yen dinilai bijine pitu, ya .... wis cukup.”

“Pak Sumadi rak wis tersalibkan dhewe, nggolek rekasa dhewe, apa dikira ora beban mental? Yen dietung nganggo aturan greja bijine mung papat. Yen kowe sing ana kene iki, bijine cukup enem, wis sakndhuwure rata-rata. Isih duwe dosa. Dhewke, sing bojo tuwa bijine telu, rak uwis ora dadi beban. Ana kene sing mbok enom wis nganggo dalan pertobatan lho, ngakoni yen salah. Apa sing ditindakake jane salah. Ana kene ukurane salib. Yen aturan greja bijine mung loro. Lha iya kuwi mau, mulakna bijine dhuwur. Coba rasakna, mesthi kabeh uwong dadi pikiran yen kaya ngono kuwi, dadi beban.”

“Yen saumpamane kowe panen, njupuka sebagian terus danakna (sehubungan bacaan 25/2/2007 panenan pertama untuk imam) . Ora usah kok rencana, yen direncana ora kanggo. Dadi kabeh kuwi mau metu lantaran saka katresnan.”

“Yen kowe oleh upah, kuwi sejatine dudu dhuwitmu, sing duwe tangan kiwa (?). Tegese barang sing ora perlu diarep-arep, ora perlu digawa mulih. Sebab iku dudu karyamu, iku mung saka lambemu. Becike aja kok tampa. (sehubungan upah yang memanfaatkan karunia Cuma-Cuma dari Tuhan)”

“Gusti Yesus pancen pasa, digodha dening Setan, digodha dening nafsu. Iku umum kanggone uwong sing tapa brata. Godhaan kuwi bisa kanggo paseksen, bisa kanggo conto. Yen Gusti dhewe digodha dening nafsu, digodha dening panguasa lan menang saka panggodha. Iku bisa kanggo paseksen. Yen batal ora bisa dianggep peseksen, jenenge ora kuwat. Ye kowe tapa terus digodha ning kuwat, iku jenenge paseksen. Tapa brata kuwi paribasan mata rapet, kuping rapet, irung rapet, pikiran mung sawiji. Lha yen pasa kuwi mung ora mangan, pikirane isih bisa menyang endi-endi. Mula ya nyangana (lakonana). Ukuranmu dhewe, ukurane Gusti piyambak. Coba, yen kowe tak dhawuhi tapa brata, mengko rak malah kalang kabut. Pasa lan nyirik daging iku rak amung aturan; satemene nyirika piala. Ora kok kudu ora mangan daging, ning aja nganti dadi brahala. Daging zaman semono rak dianggep panganan sing enak sing larang sing dhuwur. Zaman saiki kok aturane malah akeh ya? Sing penting kowe aja goroh. Pokoke kowe ora oleh muni ala. Saya olehmu nglumpukake saya akeh, iku luwih apik, bisa dianggo uwong sing mbutuhake. Dhuwit kuwi rak bisa kanggo pa wae, neng kene iki tegese luas.
Pasa kuwi sifate dhawuh umum, ora dumeh sugih utawa mlarat. Aku ora nyaranke umur, nanging nyaranke kekuatan utawa kemampuan. Pasa kuwi apike ora kenal wektu, ya awan ya bengi sakteruse. Yen awan pasa bengi ora, iku jenenge uwis direncana dhisik. Pasa kuwi, kabeh sing dilakoni kudu dikurangi, syukur yen bisa ngilangi. Pantang isine nedya ora mangan salah sawijining kasenengan.”

Pertanyaanku apakah dari kami ada yang bisa mengobati
“Tulisanmu kuwi wartakna dhisik. Dadi kanggo kowe bobote ana tulisan; tulisanmi kanggo sejege urip, yen nambani rak mung kanggo sawetara. Mukjizat ora kudu nambani, kuwi keajaiban. Wong liya ora duwe buku pegangan, kowe duwe. Wong liya ora duwe tulisan, kowe duwe.” (Aku tidak tahu apakah hal ini berhubungan dengan tulisan yang aku masukkan ke Kanisius dan jawabannya baru aku terima dengan mengisi formulir data diri dan dikembalikan)

Simbol-simbol nama untuk pagi itu
Djono = pahit
Sumeri = nyumbang
Yohanes = budheg
Darmono = sareh

“Donga Bapa kami kuwi sing baku ana Matius. Donga kuwi mau rak mung donga apalan, donga sing dianggo awalan. Lha yen kowe nemoni kahanan sing dumadakan, apa kowe bisa donga kuwi? Coba metune kira kira apa? Aja-aja malah sing metu ora jelas, ora karuan. Donga sing ampuh kuwi donga sing metu dadakan, malahan sok ora kewetu, malahan kami tenggengen ora bisa ngucap apa-apa. Sing muni wis saka njero atimu.”

2 komentar:

  1. wah wah TENAN OPO?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beliau ini tidak memaksakan org. lain tuk percaya, nggih to,paak ??

      Hapus

Jagalah kesantunan dalam berkomunikasi, walaupun diselimuti kemarahan, kejengkelan, tidak puas dan sejenisnya.