Selasa, 26 Januari 2010

Pengalaman 26 Januari 2010

26 Januari 2010

Pagi-pagi mengikuti misa kudus yang dipimpin romo Handi OSC. Kemudian ngobrol dengan saudara yang di Subang sana.
Sekitar 08.30 kami ngobrol bertiga dan berbicara tentang wiyosan Dalem tanggal 3 Maret 2010 dan bertanya. Ada jawaban yang malah mengagetkan :”Jarene arep nyang Sukardjo. Becike mranaa nyang Sukardjo. Mengko bakal ana pangeram-eram. Akeh uwong padha dibaptis. Akeh uwong padha dadi katolik.”

Kami bertanya tentang nama gua di Subang dan dijawab :”Gua Gardha Pradhata. Gua penghancur brahala dadi tumata, dadi laras.” Kami bertanya arti dari nama tersebut dan dijawab :”Gua Pradhata rak ana wakmu. Kikisen sethithik-sethithik rak dadi apik, rak dadi laras. Nek greja kuwi jenenge pertapan.”

Kami bertanya untuk yang di Kuningan dan dijawab :”Gua Kuningan jenenge Dewi Kumalasari, becik kanggo kong wadon. Kana papan selehing ati wong wadon. Selehing batos piyantun putri. Nek wadon isih ana kanggonan menang, yen putri kuwi sesilih mulya, sesilih mapan. Srikandhi iku kalebu putri.”

Simbul laki-laki di Subang yang terlihat kelapa gadhing (jempol dipegang jari tangan yang lain, ditarik dan memegang jempol satunya bergantian ke atas). Kemudian terlihat simbul sawo tanjung. Kumalasari simbulnya seperti bunga kapas namun yang berwarna kuning, seperti bunga waru yang kuning dan kaku.”

Kemudian kami melanjutkan perjalanan pulang ke Bandung, setelah berdoa mengucap syukur kepada Tuhan.


Malam hari kami bertiga ke rumah pak Mardayat karena diundang makan malam.
Sekitar pukul 21.40 terlihat simbul ayam jantan, kemudian jago tersebut berkokok. Terlihat ada bulan dan bersinar ke atas. Yang datang orang yang duduk di atas kursi roda kemarin. Mengaku bernama mbah Jambang berasal dari kidul kulon Bantul. Disebut juga mbah Jenggot. Dia minta tolong agar selamat. :”Olehku oncat dhisik ora bener, mula seprene durung tekan. Aku tak madhep mrana ya terus dongakna.” Kami mendoakan dia kepada Tuhan. Kemudian dia hilang.

Kemudian terlihat seperti seseorang yang memakai cawat dari kain berwarna hijau. Modelnya seperti orang disalib. Kami bertanya siapa. :”Aku katerak nami Bapa Nusa Indah. Aku dikurbanake kanggo bumi pertiwi. Aku saka jajahan Portugis. Aku tulungana, aku dhukna, aku tak sowan Gusti. Aku wong kristen sing dikuya-kuya..”

Pak Pudjono mencoba mendorong salib tersebut tetapi hanya miring. Aku mengajak semua untuk membantu dengan doa dan cara kami masing-masing. Pak Nusa Indah berkata :”Aku wis semeleh. Aku njaluk tulung undangna santo Petrus, ben nguwali aku..”

Kami berdoa kembali kepada santo Petrus, kemudian ada suara santo Petrus :”Uwong iki tak uwali ning kowe tak dhendha, apa kowe sanggup. Dhendhane kowe kudu doa rosario ping sepuluh kanggo uwong iki.” Kami mengucap sanggup, dan santo Petrus berkata lagi :”Ya, tak tunggu. Wong iki ben mlumah ana kene dhisik. Mengko yen dongamu uwis bubar, lagi tak uwali.”

Ki Nusa Indah :”Matur nuwun. Mengko yen aku uwis uwal aku tak melu mbantu kowe. Yen ana apa-apa aku tak marani kowe.”

Kemudian terlihat seperti simbul lampu, kemudian terlihat simbul anak domba tetapi di luar berjalan ke selatan. :”Aku anak domba kanggo wong njaba. Aku ngidul, mengko ndhak mbok goleki, mundhak ngantu-antu.” Kemudian terlihat salib hitam.

Terlihat bendera besar. Simbul jago (santo Petrus) terlihat menghadap ke timur. Koq lama sekali santo Petrus tidak nyambangi kami.

Pukul 22.00 terlihat Alkitab yang sepertinya diminta untuk membukanya. Pak Sumeri membuka Lukas 1 tentang kelahiran Yohanes Pembaptis. Yang terlihat hanya tongkat, teken untuk perjalanan.

Kami mencoba agar pak Mardayat berdoa Bapa Kami dan Salam Maria, kemudian sukma sejatinya diminta keluar dan berbicara dengan kami bertiga. Anehnya yang kelihatan malah Alkitab tadi yang turun ke kursi.

Kami meminta untuk konsentrasi dan berbicara dengan dirinya sendiri. Sukma sejatinya sudah keluar namun diam saja dan kemudian kembali lagi.

Kemudian terlihat lilin. Kemudian kami berdoa untuk pak Sxxxx dipimpin pak Mardayat. Ada suara :”Dongamu ora kanggo.”
Yang terlihat masih lilin menyala Pak Pudjono mengatakan bahwa carilah doa di Alkitab yang bisa menyelamatkan pak Sxxxx. :”Panyuwunmu, omonganmu pokoke ora oleh ndhisik.”

Simbul pak Pudjono yang terlihat rumah terang. :”Ya kuwi simpenen dhisik, mengko rak ketemu.” Yang terlihat sebenarnya gapura pintu masuk. Simbul lainnya seperti kotak surat. :”Tegese usule , kemauane uwong-uwong tampungen. Ora perlu dipilah-pilah, kabeh tampanen.”
Simbul pak Mardayat yang terlihat menggergaji kayu besar menjadi dua. :”Tegese isih rosa. Isih pitaya.”
Simbul pak Sumeri yang terlihat Alkitab dan battery. :”Isine Alkitab karo penampane pak Meri isih durung klop.”
Simbulku yang terlihat air menggerojok lewat pipa besar. :”Wis nrocos.”

Simbul Durpa yang terlihat ayam kawin. :”Muncul bibit baru.”
Simbul lainnya orang ngisi pasir ditumpahkan menjadi gunungan.
Simbul romo Txxxx yang terlihat penari balet. Pesan yang terdengar agar penglihatan sewaktu masih kecil sebaiknya ditinggalkan saja, biar lebih focus.

:”Serat kpd tujuh jemaat dalam kitab Wahyu sing isine beda-beda, wejangan sing beda-beda kuwi leres menyang para jemaat”

Gambaran gapura tadi terlihat didalamnya seperti ada sekolah bertingkat :”Ajaran sing kok tampa iku luwih komplit. Bisa kanggo referensi, bisa kanggo mbukak wacana.”

Karena capai berkonsentrasi, kami istirahat..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jagalah kesantunan dalam berkomunikasi, walaupun diselimuti kemarahan, kejengkelan, tidak puas dan sejenisnya.