Rabu, 02 November 2011

Pengalaman rohani tanggal 31 Oktober 2011

ZIARAH KELOMPOK DURPA LEMBANG - SUBANG
31 OKTOBER 2011


Hari Senin pagi kami bertujuh berangkat ke lembah Carmel Lembang, untuk mengikuti Misa kudus harian pada pukul 06.30 yang dipimpin oleh pastor Sunarto. Yang berangkat aku, pak Mardayat, pak Sumeri, pak Pudjono, pak Abraham. Pak Yohanes Asngadi dan pak Sumadi. Jalan dari Bandung ke Subang yang biasanya begitu macet, sepertinya begitu bersahabat dengan kami, karena hanya membutuhkan waktu berkisar setengah jam lebih sedikit.

Setelah itu kami ngobrol sebentar dengan romo Sunarto OSC. yang bertugas di paroki Lembang. Kami bercerita tentang kelompok kami dan beberapa pengalaman komunikasi rohani yang kami alami.
Kami juga bertemu dengan rombongan karitas dari Palembang yang berziarah dan piknik ke Bandung dan sekitarnya. Aku hanya titip salam untuk suster Petronela yang berkarya di Palembang. Persaudaraan antar keluarga Kristus sepertinya begitu akrab, walau hanya sekali bertemu. Demikian juga dengan beberapa penghuni kinder garten yang bersama-sama mengikuti perjamuan kudus. Kemudian kami pamit untuk melaksanakan niat kelompok Durpa melalui perenungan jalan salib. Sesuai kesepakatan, perenungan jalan salib ini dipimpin oleh pak Sumeri, kemudian bersama-sama mendengarkan pesan-pesan, gambaran atau apapun, melalui penglihatan dan pendengaran pak Pudjono, apabila memang “yang kudus” berkenan untuk kami semua. Pak Sumeri telah membeli buku kecil tentang jalan salib, mendampingi Bunda Maria yang selalu menyertai Puteranya.

Pemberhentian I Tuhan Yesus dihukum mati. Yang terlihat oleh pak Pudjono adalah lilin menyala dan anak domba. Selama ini kami rasakan sebagai simbol kehadiran Tuhan Yesus sendiri, yang berkenan menyertai kami. Suara yang terdengar :”Imanmu kandel, kapercayanmu kempel. Dadio tulodho sapadha-padha, aja wedi rekasa. Wis, semono wae dhisik.” Pada waktu itu terlihat ada tangan yang memberi lilin untuk kami satu persatu. Maksudnya untuk dinyalakan. Kemudian terdengar suara :”Wis murub lilinmu, ndang mubenga.” Sepertinya Tuhan Yesus memberkati kami semua dari belakang, dikepyuri air dari belakang. Ada suara lagi :”Mlakua, ora apa-apa.”

Pemberhentian II Tuhan Yesus memanggul salib. Yang terlihat seperti bulatan bulan dan disampingnya ada huruf “ON” atau mungkin huruf “oh”. Suara yang terdengar :”Bener…bener…bener. Leres…leres…leres, tutugna.” (dalam kurung ini kami tanyakan setelah kami istirahat di halaman gereja Subang pada malam hari. Yang benar suara yang didengar pak Pudjono sepertinya “ hom..hom..hom” pujian untuk Allah sendiri. Aku mengatakan bahwa apa yang kami lakukan pada waktu itu adalah memuji Allah dengan cara melalui jalan salib)

Pemberhentian III Tuhan Yesus jatuh pertama kali. Sepertinya kami diberi sebuah bulatan seperti telur yang diterima pak Pudjono. Di sekitar patung ada seperti telor besar, serta dihiasi banyak pita yang melingkar-lingkar. Ada tulisan “Circum legio santo!s at labradori (atau labora?) command, devious..” Suara yang terdengar :”Jaragen yen kowe wani nyebarake, tuladha marang umat. Muga-muga beja kanggo kang nampa.”

Pemberhentian IV Tuhan Yesus berjumpa dengan ibunya. Terlihat lilin menyala dan muncul huruf X dan M bergantian. Tulisan yang terlihat sepertinya “Less of durable.. “ Aku mengatakan bahwa huruf tersebut simbol dari Tuhan Yesus sendiri dan Bunda Maria. Dan kita semua ini sepertinya belum bisa tahan banting. Seperti ungkapan Jawa “inggih-inggih ning ora kepanggih. Suara yang terdengar :”Gampang….ning angel sing ngecakake. Wis, terusna, ora guyon.” Juga terlihat ada tali lawe.

Pemberhentian V Simon Kirene mengangkat salib. Terlihat ada piala dan medali, di bawahnya seperti ada tulisan:”Garden de viscous.” Kemudian terdengar suara :” Tegese taman kembang ambahan. Rungokna dhawuhe Gusti kanthi rapet lan teliti.” Pada saat itu juga terlihat seseorang tanpa baju laki-laki berambut keriting. Mungkin yang piket disitu. Pak Sumeri melihat salib biru tetapi miring.

Pemberhentian VI Veronika mengusap wajah Tuhan Yesus. Terlihat di atas patung ada bola dunia, di bawahnya ada lilin menyala dan huruf X. Suara yang terdengar :”Delengen ubenge surya, tanggal pira mengko kowe kepethuk Aku, tak jemput ana papan kerinduan, papan palegan.” Pak Pudjono bertanya cirinya kira-kira apa. Suara yang terdengar :”Ndherek Gusti … haleluya … haleluya … haleluya.” Kemudian terlihat salib dan suara yang terdengar :”Panggulen dhewe-dhewe.”

Pemberhentian VII Tuhan Yesus jatuh ke 2 X. Yang terlihat Tuhan Yesus menggendong salib di punggung. Suara yang terdengar :”Kudu kuat, amrih luwaring siksa kanggo kang padha ngandel lan percaya. Lakumu ora nggagap, lakumu padhang lan tekan.” Kemudian terlihat lilin menyala dan ada tulisan sepertinya :”Christos on come back in the world.” Suara penjelasan yang terdengar :”Gustimu kang rawuh.” (Pak Sumeri bertanya apa bedanya nggendong dan memanggul salib, dan suara yang terdengar :”Loro-lorone bener, mlaku manggul salib lan nggendhong salib sak bubare tiba.”)

Pemberhentian VIII Menghibur para wanita. Yang terlihat ada sebuah gua dan Tuhan Yesus duduk lenggah siniwaka. Kemudian berdiri di hadapan kami dan berkata :”Tampanen iki, panganen. Iki isih ana maneh, tampanen lan ombenen, ben slamet” Kami berdiri dan antri menerima pemberian tersebut, yang kami bayangkan adalah menerima Tubuh dan DarahNya sendiri. Kemudian ada suara :”Titik; Gusti kondur, wis suwung. Wis, sembahyanga sak kepenake.” (Aku bertanya apakah sebenarnya yang kami terima pada waktu itu, kemudian terlihat gambaran wujud yang kami terima, sepertinya model gudir/ agar-agar, dan suara yang terdengar :”Jenenge daging soca, embrio daging inti, ben tumbuh neng awakmu, ben ngrageni wadhagmu, gampangane cuwilane hosti, ananging hidup, ber-Roh. Yokuwi embrio sing urip ana awakmu. Sing bener daging kuwi tumbuh dadi gedhe, sak kojur tubuh podho karo (~~ sama dengan) Salirane Gusti. Amrih gampange anggonmu anggambarake, awakmu podho salirane Gusti. AwakKu ya awakmu, awakmu ya awakKu. AwakKu jejering manungsa, awake menungsa resik, kudus, kaya salirane Gusti. Sing diombe banyune Gusti. Nek rah kuwi nyawa, lha nek banyu kuwi sarana utawa genepe. Terlihat sinar kecil agak jauh “Guyangen awakmu. Tegese resikna awakmu gen pantes ndherek Gusti. Ora usah adoh-adoh, kon ngguyang anakmu utawa kon ngguyang bojomu. ” Aku mengatakan bahwa kita semua sudah seharusnya berani mengakui kesalahan kepada isteri maupun anak, yang selama ini merasa paling benar, karena merasa sebagai kepala keluarga. Kesalahan, dosa atau apapun namanya, lebih sering terjadi dalam keluarga)

Pemberhentian IX Tuhan Yesus jatuh ke 3 X. Yang terlihat ada gereja namun bentuknya bulat di bawahnya dan memanjang ke atas. Kemudian terlihat sepertinya kami ikut memasuki gereja satu persatu, mulai dari pak Sumeri, sampai dengan pak Yohanes yang berjalan mundur. Suara yang terdengar :”Bayangan kamulyan kowe iso tekan.” Dan tulisan yang terlihat :”Decides of complete.” (Pak Sumeri bertanya apa yang dimaksudkan dengan “kowe” apakah semuanya atau sebagian. Jawaban yang terdengar :”Ora usah kowe mbayangke wong liya ning mbayangke awakmu dhewe dhisik. Cekake mengkono, ning nek karepmu rak ora. Yen manut pikiranmu yen iso kabeh. Lha Gusti kang kuwasa mbukak lan nutup pintu. Koyo ngono wae ditakokake; kabeh. Pak Yohanes berjalan mundur, njagani yen ana wong liya melu. ”)

Pemberhentian X Tuhan Yesus ditelanjangi. Terlihat lilin besar dikelilingi lilin-lilin kecil dan lilin panjaman yang kami terima supaya diikut sertakan disitu. Suara yang terdengar :”Lilin iku kondurna.” Kemudian seperti terlihat banyak orang datang dari keempat penjuru, berkumpul di tempat kami berada menuju ke lilin besar. Sepertinya semua termasuk kami masuk dan hilang ke dalam lilin besar tersebut. Suara yang terdengar :’ Sebuten Asmane Gusti Allahmu ana kene.”

Pemberhentian XI Tuhan Yesus dipaku. Terlihat semua lilin kecil rebah menjadi satu ke arah lilin besar dan menyala bersama. Suara yang terdengar : “Wus manunggal, sakeca. Dadia obor kanggo kowe dhewe lan wong akeh. Ateges Gusti kang jumeneng nata wus makarya tenan. Delengen lan sawangen pasuryane Gusti kang wus labuh labet kanggo manungsa.” Tulisan yang terlihat sepertinya “Delicious wear of life con(s)tant”

Pemberhentian XII Tuhan Yesus wafat. Terlihat payung besar sekali di atas kami dan suara yang terdengar :”Kanugrahan pikantuk katentreman, pikantuk ….. okeh banget.” Tulisan yang terlhat seperti “Dominus cumulate de sanctos viscous delicious.” Suara yang terdengar :”Gusti wungu saka seda.”(Pak Pudjono bertanya maksud ucapan, karena masih di pemberhentian XII, dan suara yang terdengar :”Gusti wafat pasthi wungu saka seda” Aku mengatakan bahwa hal tersebut mengingatkan kita untuk yakin dan percaya bahwa Dia bangkit mengalahkan maut. Biarkan suara-suara lain yang mengatakan sebaliknya, yang berasal dari katanya)

Pemberhentian XIII Tuhan Yesus diturunkan dari Salib. Terlihat sebuah lilin paskah besar, di sebelahnya ada seperti buku nota atau ticket dan kami semua diminta untuk mengambil satu pesatu dan metulis nama kami masing-masing, kemudian diletakkan atau ditusukkan ke sebuah paku untuk antrian. Kemudian terdengar suara :”Kagawa jenengmu.”(Ada pertanyaan maksud dari kata kagawa, dan ada jawaban suara :”Sing penting, daftare jenengmu wis ana…ning durung nampa kartu masuk lho.)

Pemberhentian XIV Tuhan Yesus dimakamkan. Ada perintah agar kami semua menyatu dalam kumpulan dan diikat dengan tali lawe dan terlihat kami semua telanjang. Sepertinya kami di puk-puk kepalanya, namun tidak kelihatan siapa yang melakukan. Dan ada suara :”Wus kaangkat menyang kamulyan Dalem, bareng, sareng kalian Sang Kristus.” (ada yang bertanya mengapa tali lawe, dan suara yang terdengar :”Lawe, sabuke Gusti Yesus rak ya lawe.”)

Dalam doa penutup, yang terlihat sebuah salib. Kami merasakan betapa jalan salib hari ini penuh dengan berkat dan karunia yang begitu hebat. Yang tak terbayangkan, namun malah membuat isak kebahagiaan. Hanya ucapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan yang telah memberikan rahmat. Akupun mengucapkan terima kasih kepada Bunda dan Santo Yusup yang menjadi pelindung kelompok kami. Aku juga menitipkan keluarga, khususnya untuk isteri yang berulang tahun dan mas Wira yang sedikit ada masalah dengan calon pasangannya.

Kemudian kami mengunjungi gua Maria yang masih dalam proses pembangunan. Kami berdoa masing-masing dan selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Subang.


Kemudian kami berkumpul di gereja Subang, kulonuwun ke romo Handi Sadeli Pr bahwa kami mau berziarah dan menginap semalam di saung saja. Kami mendapat informasi bahwa pada pukul 19.00 akan diselenggarakan misa kudus penutupan bulan rosario, yang didahului dengan doa rosario bersama. Kami istirahat beberapa saat karena turun hujan kecil, merencanakan jalan salib kembali pada pukul 15.00. Aku mengusulkan bahwa pada jalan salib sekarang dengan perenungan pribadi masing-masing. Kemudian mendengarkan pesan-pesan atau perintah yang mungkin akan kami terima di setiap pemberhentian.

Berkisar pukul 15.00 lebih kami melakukan jalan salib kembali, (Gua Maria Tebar Kamulyan juga disebut Tuhan sebagai gua Maria Ikhlas, Renaning penggalih, Tulus, Paweh, Andum begja, Kang linuwih kang ana, Sejati karyo, Gamblang. Gunane kanggo tirakatan, kanggo semedi, kanggo ngalab berkah, kanggo wong leren atine, kanggo wong kang mati pendhem, pokoke kanggo ndherek Gusti).

Acara jalan salib
Pemberhentian I, yang terlihat lilin menyala dan burung seperti blekok atau kuntul atau pelican yang paruhnya besar warna putih. Suara yang terdengar :” Allah berkarya lewat hal-hal suci, nanging durung menclok neng awakmu ….. Ora perlu bertobat, wong wis bertobat.” Maksudnya apa? :”Ngomong tobat-tobat ning padha wae. Luwih becik ndandani urip. Nek ngendika kelakuan , ndhak ora apik. Nek kelakuan iku ngemu teges mojokake utawa nuding persune. Mula diilangi wae. Tobat iku ora mbaleni. “

Pemberhentian II, yang terlihat hiasan buah yang ditempel dari bawah sampai ke atas, diatasnya rata. Suara yang terdengar :”Jinjingen lan dumen, sebab kabegjan ora mung kanggo kowe, ning kanggo wong sing butuh. Carane nganggo iki wae…..Wis mundura, wis kanggo.” (dalam kurung ini hasil komunikasi tambahan di tengah malam. “Sing jeneng buah kuwi tegese menyegarkan. Yen kowe wis nampa kesegaran, dumna. Yen pirsa maknane utawa pirsa … lan isa negeske, wong liya wulangen. Iki buah asale saka Gusti, ateges mateng, mathuk, cocok. Yen saka pastor Handi, uwohe isih ijo, durung mathuk, durung cocok kanggone umat. Dadi secara pribadi durung mateng, apa maneh kanggo umat.”)

Pemberhentian III, yang terlihat pisang hijau setundun namun sudah matang, dan suara yang terdengar :”Iki simbul sing umum, ana misa utawa ana lingkungan. Romo malah amung saksisir. Dalam keluarga uga sak tundhun”. (Apa maksudnya dan ada jawaban :” Mbaca Injil Alkitab nganti tuntas, laksanakna. Gampang, ora kaya Gustimu, ora kudu mati.” Sepertinya banyak alasan untuk belum bisa melaksanakan, walau tidak terucap, karena ada suara :”Iki dhawuh, kudu diwaca kabeh.”)

Pemberhentian IV, yang terlihat ada gelaran karpet agak panjang, dan kami diminta maju satu persatu dan pak Abraham diberi minyak dalam cepuk. Kami diminta mengambil minyak, diusapkan ke kedua belah telapak tangan, kemudian diusapkan ke dahi, mulut dan dada, seperti membuat tanda salib kecil. Setelah itu diminta maju dan sujud. Kemudian kami disuruh berjajar rapat, diberi lingkaran putih di kepala kami masing-masing.

Pemberhentian V, yang terlihat Tuhan Yesus membawa cepuk besar dihadapan kami dan suara yang terdengar :”Wis tak parengake maju siji-siji, tak urapi. Iya kuwi kersane Allah, ya kudu mangkono, majua siji-siji, ndang cepet.” Kemudian kami diurapi satu persatu . Kemudian ada suara lagi :”Wis cukup, wis apik. Mosok ngenyang wae.”

Pemberhentian VI, yang terlihat Tuhan Yesus berjubah dan bertali pinggang yang ada kantongnya sebelah kiri. Suara yang terdengar :”Iki kanggo sangu. Sangu nggo golek macam-macam, sangu nggo kasunyatan…..; entek-entekane nggo berkarya. Sangu ben brajak (?), trengginas. ….Wis, mengko rak bisa.”

Pemberhentian VII s/d IX pak Pudjono agak mengalami blank, karena ada signal lain yang masuk, yang tidak berhubungan dengan kami, dan tidak kami masukkan disini. Ada simbol-simbol yang selama ini kami anggap berhubungan dengan kematian seseorang.

Pemberhentian X, yang terlihat pisang sesisir, tempayan berisi air, kemudian burung kuntul seperti di pemberhentian pertama datang di dekat pisang. Suara yang terdengar :”Sing pantes nampa Roh Kudus untuk hari ini mung pastur. Pokoke kowe lenggah wae, melu. Ya pancen dalane dhewe-dhewe, karyane dhewe-dhewe.” Hal ini seperti yang aku rasakan dalam hati, karena sebentar lagi akan ada misa kudus yang dipimpin oleh romo Handi Sadeli Pr. Pemberhentian jalan salib ini persis berhadapan dengan tempat diselenggarakan misa kudus, dimana gua dan patung besar Bunda Maria diletakkan di belakang altar.

Pemberhentian XI, Tuhan Yesus dipaku, sepertinya terlihat ada banyak orang beririt-iritan/ arak-arakan, berpakaian putih menuju ke Tuhan Yesus, lalu bersujud. Suara yang terdengar :”Melua lan tirokna. Gusti ora bisa apa-apa, Gusti ora berdaya. ….. Mangga kersa Gusti, kula naming ndherek, ingkang penting uwal saking pasiksan latu abadi. Muga-muga kowe kabeh kang ndherek, kajagi dening Roh Suci, terlindungi saka api abadi. Slamet… slamet… saka kersaning Allah… terpujilah Allah selama-lamanya.” (kami bertanya tentang maksud pesan yang membuat bingung, karena Tuhan Yesus sebagai manusia dan Allah bercampur baur. Suara jawaban yang terdengar :” Gusti Yesus matur dhumateng Allah Bapa di surga, ananging dhumateng Rohipun piyambak ingkang abadi.”)

Pemberhentian XII, yang terlihat oleh pak Pudjono dan pak Mardayat, dari tubuh Tuhan Yesus yang disalib, mengalir seperti air, namun pak Sumeri melihatnya seperti darah yang menetes. Pak Mardayat bertanya apakah boleh menadahi tetesan, untuk membasuh wajah. Kemudian terdengar suara :”Banyu suci, banyu keajaiban, banyu panebusan kanggo kowe. Kang tetes saka salirane Gusti dhewe. Ya inilah darahKu, inilah tubuhKu yang dikurbankan bagimu. Ya iki, kowe wis weruh, nyekseni. Kowe ora kepareng nyedhak, ora kepareng nadhah. Sebab iki Saliro Gusti kang langsung. Aku Gusti, dudu manungsa. Pancen kodrate beda, asal-usule beda. BengkokKu ana nyawamu. Darah dagingKu dikurbanake kanggo lestantune pra umat. Ya Aku iki kang mijil saka Bunda, saka Roh Allah kang kudus. Kang manjalma, seda kasalib, wangsul minulya wonten ing swarga. (terlihat ada titik besar), cukup. Ora samubarang wong oleh nyedhak lan nyawang sedane Gusti; apa maneh kena tetesaning darah.” Hal ini mengingatkan aku kepada darah perjanjian, hanya yang tertahbis saja dan sedikit perkecualian yang dianggap pantas menerimanya. Aku teringat bahwa kami belum bisa suci, sportif dan konsekuen dalam hidup ini.

Pemberhentian XIII, Terlihat Tubuh Tuhan Yesus di pangkuan Bunda Maria dan kepalanya ada di tangan kanan Bunda Maria. Tangan kananNya telentang ke bawah dan ada suara yang terdengar :”Nyedhaka lan unjukna atur panuwun marang Gusti Yesus kang sampun seda.” Kemudian pak Pudjono maju mencium tangan Tuhan Yesus, dilanjutkan pak Sumeri, terus pak Mardayat Kemudian terlihat tangan Tuhan Yesus sudah sedhakep di atas dada, pas giliranku untuk menyembah, dilanjutkan pak Abraham. Kemudian Tubuh Tuhan Yesus terlihat miring ke kanan menghadap kami. Tibalah giliran pak Sumadi dan ditutup oleh pak Yohanes Asngadi bersembah sujud.

Pemberhentian XIV, yang terlihat bulatan putih bersinar. Sewaktu pak Sumeri mendaraskan doa penutup, oleh pak Pudjono terlihat seseorang yang duduk bersila namun tranparant. Kami berlutut dan mengucapkan terima kasih akan pengalaman komunikasi rohani yang kami terima. Kemudian kami mulai bubar satu persatu, namun pak Pudjono mendengar ada suara :” Wong isih katon koq lunga.” lalu kami kembali berkumpul sampai menerima berkat, kemudian sesorang tersebut (aku bahkan mungkin kami semua percaya bahwa Dia Tuhan Yesus sendiri) kondur. Barulah kami menyelesaikan upacara ibadat jalan salib.

Berkisar pukul 19.00 kami semua mengikuti ibadat doa Rosario yang dilanjutkan dengan misa perjamuan kudus. Aku menyampaikan ujub untuk malam itu khususnya buat istri tercinta yang berulang tahun. Demikian juga untuk mas Wira, agar bisa menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Ada sesuatu yang aku rasakan kurang sreg dengan jalannya upacara tersebut, khususnya dengan lagu-lagu yang dibawakan pada saat misa kudus. Pak Pudjono melihat simbol pisang sesisir yang masih muda berwarna masih hijau. Kebetulan malam itu banyak sekali laron (binatang kecil bersayap yang keluar di malam hari pada saat hujan awal) berterbangan, termasuk memenuhi altar, sampai masuk ke piala.

Selesai upacara misa kudus, kami ngobrol sebentar dengan sesepuh di paroki Subang, bersilaturahmi. Suasana kekeluargaan sesama pengikut Kristus begitu terasa. Kemudian kami berjalan-jalan untuk mencari makan malam, karena sehari kami belum makan berat.

Pada malam hari di saung gereja Subang, aku membacakan kembali hasil komunikasi rohani yang dapat aku tulis. Mungkin perlu tambah kurang ataupun komentar lain, agar aku tidak keliru. Masih ada kesempatan untuk bertanya kepada yang kudus, apabila Dia berkenan mengajar kami. Tulisan dalam kurung diatas yang hampir ada di setiap pemberhentian, kami dapatkan di malam hari.

Pertanyaan tentang jalan salib di Lembang versi buku pak Sumeri, dibandingkan dengan hasil pengalaman komunikasi rohani sebelumnya yang agak berbeda. Melalui pak Pudjono ada jawaban :”Digawe sedih bisa, digawe seneng ya bisa, digawe apa wae ya bisa, kabeh bener, tergantung perasaanne sing nggawe. Yohanes ya ora ana,….. Ning mengko banjur piye, kan wis digawe ana Alkitab. Dongeng digawe cekak bisa digawe dawa ya bisa. Sing jelas Yohanes ora ana, Yohanes mangkir. Kabeh murid wedi.”

Pak Sumeri bertanya tentang wanita yang menangis, apakah Tuhan Yesus betul-betul memberikan penghiburan, dan jawaban yang didengar :”Akeh wong wedok kang podho nangis lan mbrebes mili sak turut ndalan. Ananging sing tekan Gusti diunggahke mung Bunda. Liyane ora ana. Resik ora ana uwong. Wong Aku iku megap-megap, ngomong wae ora bisa, apa maneh muni. Ana Injil, becike kudu ditulis mengkono. “ Kami disuruh menjabarkan sendiri dengan mengingat referensi pengalaman komunikasi rohani sebelumnya.

Kemudian bertanya lagi tentang Thomas yang tidak percaya, apakah Tuhan Yesus berbicara, seperti di dalam Injil. Jawaban yang diterima membikin kaget :” Luwih becik ora usah diomongke, mengko ndhak malah kisruh.”


Karena dianggap cukup dan banyak yang mulai mengantuk, kami mengucap syukur dan terima kasih. Komunikasi rohani kami tutup, dan dilanjutkan ngobrol macam-macam. Yang tidur dipersilahkan yang belum mengantuk melanjutkan ngobrol sampai pagi.

Pukul 05.45, aku, pak Yohanes Asngadi, pak Sumadi dan pak Abraham mengikuti misa kudus yang dipimpin romo Handi Sadeli Pr. Pagi hari itu rasanya komplit sudah berkat yang kami terima. Kami boleh menerima Tubuh dan Darah Tuhan Yesus sendiri secara nyata yang dapat kami rasakan melalui mulut kami.

Kemudian kami ngobrol lagi dengan para sesepuh paroki yang juga rajin mengikuti misa kudus harian.

Terima kasih Tuhan Yesus, terima kasih Bunda Maria, terima kasih Santo Yusup, terima kasih para kudus dan para malaikat. Kemuliaan kepada Allah Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Allah Tritunggal yang Mahakudus. Seperti pada permulaan, sekarang, selalu dan sepanjang segala abad. Amin.