Sabtu, 23 Juni 2012

PENGALAMAN DI GUA MARIA WANGON

22 Juni 2012 Gua Maria Wangon Pkl. 10.50, kami (pak Yohanes, mas Sugeng, pak Darmono, pak Pujono serta saya – Sumeri) tiba di Gua Maria Sendang Beji. Lokasi gua berada di belakang Gereja St Paskalis, jalan Raya Selatan , Ranjingan, Kelapa Gading Kulon – Wangon. 53176. Tlp. 0281 7620100 Beberapa saat di depan Gua Maria Sendang Beji, terlihat oleh pak Pujo seekor bulus (bulus -ibu kang mulus, sebutan yang sudah kami kenal untuk bunda Maria) serta terdengar suara Ambles Ambekso. Kami bertanya apa maknanya? Terdengar jawaban “ Ambekso ambles sak jeroning ati” Kami bertanya nama gua ini, bunda menjawab “ gua Tandhes, kang ateges nganti ngecap, mlebu ing sak jerone ati, melekat dalam dan berbekas.” Juga terdengar suara “Dora donya sembada. Iki ngemu teges – ngicalake pepenginan kadonyan utawa kamanungsan, papan kanggo resik dhiri. Ono kene palerenan, palenggahan Sang Hyang Putro, ono dino Setu Legi. Yen arep sowan Setu Legi wae. “ Kami bertanya sowan kanggo panyuwunan atau bersih diri?, Bunda menjawab “karo-karone kanggo, sing arep kok dongakne sebutno sing jelas, ojo ragu-ragu ilangono lingsem. Dangunen dununge rogo, banjur bangunen dununge panyuwunan, utowo blegering panyuwunan, mengko bakal ngedhap-ngedhapi.” Kami bertanya apakah yang harus kami lakukan. Jawaban Bunda “ Saranane gampang, dino Setu Legi biso sowan, biso awan biso bengi.” Kami bertanya, disini khususnya untuk apa? Jawabannya “ khabeh panyuwunan aturno, ora perlu di prenco-prenco.” (maksudnya doa untuk si A si B si C dan seterusnya, yang tidak perlu dijelaskan satu persatu, karena Tuhan sudah tahu) Bagaimana dengan kedatangan kami yang sudah lewat dari hari Sabtu Legi? Jawaban dari bunda “ Coba balenana maneh panyuwunmu mau”. (kami masing2 mengulangi doa yang telah kami sampaikan pada saat kami tiba). Kami memohon pada Bunda untuk diberikan kenang-kenangan, terlihat bunda memberikan kami masing-masing sebuah lilin kecil serta terdengar suara “ Aku paring bebungah (gift) lilin kecil, kanggo madhangi”. Dan kami diminta untuk menerimanya secara simbolis, karena tidak kelihatan. Kami bertanya, sebelum melihat bulus, ada suara yang terdengar “Gua Sudheten” ; apakah yang dimaksud? Jawaban Bunda “Pinangkamu, aturmu, panggayuhmu adepno, ajokno. Durung-durung wis akeh panyuwune! Jajalen netes apa ora???” Kami bertanya, untuk terkabulnya permohonan kami, silih apa yang harus kami penuhi?? Jawaban Bunda “Ikhlasno panyuwunmu marang Bunda, gemblengno. antepno atimu, ojo ngenyek nggonne!!! Kanggo sing kok suwunke ono wewalere – bocah wedok ora oleh ngrokok!” Selanjutnya kami bertanya kalo perempuan minum bir? Jawabannya “ Minum bir bebarengan keno, nanging yen dhewe kuwi jenenge ngujo hawa napsu, ora apik, gagasen dewe!!!” Pak Darmono bertanya kalo saya merokok klecas-klecus bagaimana Bunda? Jawabannya “ ....... ananging yen kowe nyenyuwun dhewe yo lerenno” Wewarah Bunda “ Dununge Gusti soko Roh, lajeng rawuh wonten papan palenggahan mriki, ingkang dipun wastani Putro ingkang mijil wonten palenggahan kasunyatan. Gampangane Gusti tedhak, rawuh ono kene. Ning ojo nyebut dahnyang kene, mengko ndhak tegese mleset” Apa bedanya kalau kami berdoa di rumah Gusti rawuh dengan berdoa disini??? Jawabannya “ Minimal wus mbok niati, dadi saumpamane Gusti ora rawuh, tedhak wonten dinten Setu legi, kudu di enteni, ditunggu, ojo nganti kesingse.” (kita disuruh menunggu sampe Gusti rawuh, jangan meninggalkannya). Sesaat kemudian Bunda Maria berkata “ Suster-suster nunggu kowe, aku ora ngerti apa sing arep diomongake, padha munggaho, sowanno. Bunda arep mlebet, manjing, wus tinggalen dhisik. Wis cukup aku wis ngerti panjalukmu, padha majuo aku ciumen!.” (kami maju dan mencium lantai kaki Bunda,) Trimakasih Bunda! Engkau berkenan menemui kami yang rindu akan kehadiran Bunda. Pkl. 11.45 kami meninggalkan Gua Maria, menuju susteran yang berjarak sekitar 10 meter dari Gua, dan bertemu dengan suster Kus dan suter Marta, yang menanyakan identitas kami serta keperluan kami datang di Gua Maria Sendang Beji ini. Dalam obrolan santai kami bersama para suster ngobrol perihal hasil komunikasi rohani di gua ini serta sepenggal pengalaman komunikasi rohani yang kami dapatkan. Para suster menanggapinya dengan antusias dan suka cita!. Kami berjanji akan memberikan hasil komunikasi rohani kami dari awal komunitas Durpo sampai saat ini dalam bentuk hardcopy. Pkl. 12.20, di tengah obrolan, pak Pujono melihat Bunda Maria hadir di susteran lalu pak Pujono berlutut menyembahnya. Pak Pujo meminta suster Kus berkonsentrasi untuk melihat bunda, ternyata suster Kus dapat melihatnya dan berkomunikasi dengan bunda dibantu oleh pak Pujono. Suster bersukacita ! sampe keluar air mata sukacitanya!!! Trimakasih Bunda!!! Bunda bertanya “ saiki aturno panyuwunmu.” Setelah pak Darmono berdoa untuk Suster dan perkembangan umat di stasi ini, bunda berpamitan meninggalkan kami. Setelah bunda meninggalkan kami, terlihat Kubah Allah, suster Kus juga melihatnya. namun tidak ada komunikasi selanjutnya Sekitar pukul 13.00, kami mohon pamit untuk meneruskan perjalanan kami. Sebelum kami bubar, kami tutup dengan doa bersama dipimpin oleh pak Darmono, Terimakasih Suster, Tuhan memberkati!!! Amin !!