Kamis, 26 Juli 2012

dari Wangon sampai Sendangsono

PENGALAMAN ROHANI BEBERAPA TEMAN DI BULAN JULI 2012 20 Juli 2012 Pkl. 06.20, Kami pak Rusdi, pak Supriyanto, romo Totok, pak Yohanes Mare, serta saya-Sumeri berangkat ziarah menuju Gua Maria Sendang Beji – Wangon. Selain kami juga berangkat dengan tujuan yang sama antara lain pak Yohanes Budi P, pak Suharto serta pak Suroto memakai kendaraan tersendiri. Sebelum sampai di Wangon, kami berhenti di Ciamis untuk pemberkatan rumah anak saya Gerry, namun tidak jadi. Perjalanan dilanjutkan ke Langen – Banjar, untuk mengikuti misa di kapel Langen pukul 12.00. Selesei misa kami singgah ke tempat keluarga pak Suharto, bersilahturami sekalian makan siang yang telah dipersiapkan oleh keluarga tersebut, Terimakasih atas kebaikan ini, semoga berkat Tuhan Yesus selalu melimpah di keluarga ini, Amiiin. Sebelum makan siang, saya mengontek kembali pak Pujono agar dapat berangkat ke Wangon, mengingat sebelumnya belio sampaikan baik melalui telepon maupun SMS tidak dapat hadir karena sakit perut. Puji Tuhan, belio siap untuk pergi walaupun kurang sehat. Sekitar pkl. 14.30, Kami berangkat ke Wangon, dengan tambahan pengikut pak Kuat – saudara pak Harto dari stasi Langen. Pkl. 17.00, kami sampe di Susteran Wangon dan disambut oleh saudara-saudari stasi Wangon dengan sukacita, “trimakasih sadaraku stasi Wangon, semoga kasih Tuhan selalu menyertai kita, Amin ” Sementara kami bersilahturami, pak Harto dan beberapa kawan jemput pak Pujono di perempatan Buntu, mereka tiba di Wangun pkl. 19.00 Acara di susteran berjalan bagaikan air yang mengalir, sehingga menambah keakraban kami walaupun kami baru berjumpa satu sama lainnya. Selain rombongan kami dari Bandung, juga datang dari keluarga Jakarta serta keluarga disekitar luar Wangon, kami tidak sempat mengetahui lebih detil mengingat waktunya. Setelah makan malam yang telah disiapkan ibu-ibu stasi wangon dengan nasi bungkusnya yang sungguh nikmat dan praktis, kami bersama-sama pergi ke Gua Maria yang lokasinya dekat sekali dengan susteran. Pkl. 20.15, kami berdoa masing-masing dipelataran Gua Maria, yang hadir saat itu cukup banyak sekitar 50 orang termasuk anak-anak dan remaja. Pada saat kami berdoa, pak Pujono melihat # lilin paskah, selanjutnya wanita pake jubah putih ber-syal segi empat serta memakai mahkota, # (Suster Kus melihat seorang putri bebaju putih dan bermahkota - sama dengan yang dilihat pak Pujono) suara terdengar “ aku sembahen disik”, “ wis mundura.” (= aku sembahen dulu, sudah mundurlah,) namaku Dewi Kitri) Lalu duduk bersila “Jenengku Dewi Kitri. isaku mung pepulih, amargo Bunda durung rawuh” (namaku Dewi Kitri, bisaku hanya …………………. , karena Bunda belum dating) Penglihatan selanjutnya antara lain: - white board yang belum ada tulisannya ,suara terdengar "isinen tulisen jenengmu ." (= tulislah namamu) kemudian white board tak terlihat lagi. - Bunda rawuh, Suara yg terdengar "Aturno disik panyuwunmu" (= Sampaikan permohonanmu) kami semua berdoa menyampaikan ujub masing-masing, kemudian bunda menjawab "Yo wis tak cukupi, di syukuri" (= ya sudah tak cukupi, di syukuri) Suster Kus terdengar suara "panyuwunmu sing mantep" (= permohonanmu yang mantap) suara berikutnya terdengar " Iki mung ana lilin kecil, sedoten" (= Ini ada lilin kecil, sedoten) - kami semua yang hadir menyedotnya secara rohani. - Bunda melemparkan lilin ke arah belakang dan diterima oleh seorang ibu yang hadir memake jaket hitam - . Lilin merupakan lambang padang bagi yang mendapatkannya. Suara bunda " Saiki aku mau maju, coba delengen, aku wis cedak enggal ngomongngo”. (= sekarang aku ke depan, coba dilihat!, aku sudah dekat bicaralah!) - Yang hadir menyampaikan ujubnya satu persatu dan langsung dijawab oleh bunda melalui pak Pujono. Hal ini tidak kami tulis karena merupakan privasi bagi yang hadir. - Trlihat oleh pak Pujono serta suster Kus, kemaluan laki-laki , terdengar suara “sedoten kanggo sing durung duwe keturunan” (= sedotlah, buat yang belum punya keturunan) - tape sepotong, kami bertanya buat apa tape tersebut?? Jawaban “Di anggo ngresiki sing keno setan.” (= buat membersihkan yang kemasukan setan) - Kipas, seperti ngipasi sate, suara terdengar "sabaro ndisik, oncek ana” (= sabarlah dulu, kupas dulu maknanya) selanjutnya terdengar “orang sakit sing nyembuhne sang yang Romo lantaran sang yang putro kang manjalmo” (= Orang sakit itu yang menyembuhkan Allah Bapa, perantaraan putra-Nya) - Bulan di arah barat, - kami bertanya - tanya mengapa bunda hadir selalu dari arwah barat ?? - Tulisan # Good on litle …………………….. ( suster Kus: meskipun kecil Tuhan selalu ada dalam kehidupanmu) suster Kus melihat tulisan # mery is your mother goo on slowly# - Terlihat ada orang besar hitam berkalung salip warna hitam kemudian salib tersebut berubah menjadi kuning - ( Seorang anak gadis 12 -13thn melihat Hati Kudus Tuhan yesus , suster Kus , melihat di dada orang meneteskan darah ) suara terdengar “ Gusti manungalo kalian kito sedoyo” (= Tuhan beserta kita sekalian). Pak Pujono, suster dan anak tersebut melihat Tuhan Yesus tersalib dengan lutut tertekuk, ada tulisan # ………. ND.# terdengar suara “tegese Roh Allah wis kumpul karo Gusti Yesus” (pada saat disalibkan Roh Allah menyatu dengan Tuhan Yesus - Roh Allah ada pada-Ku ). - Pincuk - lambang Rezeki , kemudian terlihat tongkat komando terdengar suara “berdirilah yang mau minta” ( ada 2 umat yang hadir berdiri , tongkat tersebut diberikan pak Kuat Dari Banjar . - Orang laki - laki ( mbah urip ) suara yang terdengar “aku diutus Gusti aku arep ngriski lingkungan kene (= Aku diutus Gusti Yesus, aku mau membersihkan lingkungan sini) - Terlihat mbah Urip mengelilingi sekitar Greja dan Gua Maria dengan arah berlawanan arah jarum jam - Suster Kus, melihat Cahaya terang dari sebelah barat kemudian berpindah keatas tepat diatas kami berkumpul, selanjutnya cahaya berubah seperi selendang kuning kemudian berubah lagi terurai menjadi selendang yang banyak seperti hiasan panggung kesenian - Romo Toto : selendang itu memberikan gandulan bagi keselamatan kita Suara yang terdengar “podo ngadego kabeh nyekelo” (ayo semua berdiri, peganglah!) - kami semua berdiri dan memegang selendang tersebut secara Rohani . suara yang terdengar “kabeh wus tak angkat” (= semua sudah terangkat) - Pa Pujono dan Suster melihat Kemah Allah yang digambarkan seperti kotak segi empat beratap Dom ( batok mengkurep ) dengan subuah pintu yang gelap ( satu jalan yang gelap) suara yang terdengar “tanpa penjaga” . “ sing jogo durung ono sebabe durung ono sing dipangil Gusti’ (= yang jaga belum ada, karena belum ada yang dipanggil Gusti) – Kemah Allah, pengertian kami merupakan suatu tempat berkumpulnya para orang suci, atu dengan kata lain Kemah Allah = Sorga. - white board besar berkaki disebelah kiri gua. suara terdengar “jenengmu tulisen eneng kono “ (= tulislah namamu disitu) - kami semua menulis nama masing - masing yang hadir , terdengar suara “wis kabeh mlebu neng kono “. (= sudah semuanya masuk disitu) - kemudian terdengar suara “tulisen jenenge sing mbok arep di slamet ake …………” (= Tulislah nama yang akan kamu selamatkan) - kami semua menulis nama orang yang mau diselamatkan .suara terdengar “ Dalan padang wis ono gari nggonmu kupokoro ben …… katenger karo sang yang Romo , minimum dosane diampuni” (Jalan terang sudah ada, tinggal kamu ……… biar …………… terlihat oleh Allah Bapa, minimum dosanya diampuni) - Ada orang laki-laki, badannya kurus tak berbaju, Suara yg terdengar “Aku sing dadi tetunggulmu , aku kan bakal ngaturake, Aku kan mimpin kowe besok , Tutwuri neng mburiku tak aturke ……… intine - isine slamet / munggah” (= Aku yang menjadi patokanmu, aku akan menghantarkan, aku yang memimpin kamu besok, Tutwuri dibelakangku tak hantarkan ……. Intinya selamat/ naik”) - Salib disenderkan di pintu kiri gua – tidak ada kelanjutannya - Terlihat sukmanya Romo Budi …………. , belio duduk terpisah dan lebih tinggi dengan kami, mengapa demikian?? Romo adalah gembala dan kami umatnya. Suara terdengar “Gusti ndurung rawuh, aku piket” (= Gusti Yesus belum dating, aku piket/jaga) - Terlihat simbul mata, selanjutnya terlihat kendi yang berisi, suara terdengar “minta suster Kus berdoa” – suster Kus berdoa untuk kehadiran Tuhan Yesus - Terlihat Lilin besar belum menyala, yang hadir diminta menyalakan. Terdengar suara “Rungokno percikan banyu” (=Dengarkanlah suara percikan air) suara berikutnya “jukukno banyu ndang tak berkati lan di ombe” (= ambil air, tak berkati, dan minumlah) - Kami yang hadir minum air yang telah diberkati secara rohani tersebut semuanya. - Terlihat ada Sapi – lambing bebakulan / kawan nyambut gawe (= kawan usaha-bisnis) suara terdengar “aku sedoten kanggo konco pangupo jiwa” (= aku sedoten buat kawan mencari nafkah) - Terlihat cincin besar, terdengar suara “ ya nek ora kanggo tak gantine” (= ya kalo tak diperlukan, aku ganti) - Terlihat # Cincin terpasang di jari telunjuk kanan. Suara terdengar “ iki unduhen kanggo wong sing kok suwunke kangge omah-omah) (= ambilah buat orang2 yang kamu mintakan untuk berumah-tangga) - pak Pujo menyedotnya dan menyebut nama2 yang mencari jodoh. - Terlihat #Anak Domba Allah# terdengar suara “ silahkan suster Kus untuk menceritakan Anak Domba Allah” - Suster Kus menyampaikan siapa Anak Domba Allah itu dan apa peran Dia bagi umatnya - Terlihat Romo membawa sibori, minta kami berdiri untuk menerima hosti, selanjutnya kami disuruh berdoa masing-masing. - Suster melihat #wajah Tuhan Yesus tersenyum, kemudian lenggah siniwoko (= duduk bersila dalam posisi siap mengajarkan firman) - Terlihat perempuan membopong anak kecil – suster Kus berdoa agar penampakan tersebut segera terwujut. Terdengar suara “wis bopongen gawanen mulih” (= boponglah dan bawa pulang kerumah) - saya menyedotnya untuk anak saya yng belum punya keturunan. Pak Pujono melihat perempuan tersebut menyerahkan anak ke saya. Trimakasih!!! - Penglihatan terakhir ada kendang Pkl. 00.30 tanggal 21 Juli 2012, komunikasi rohani kami tutup dengan doa, namun sebelum bubar kami- peziarah dari Bandung, Jakarta dan Jogja bersama suster Kus, serta beberapa warga stasi Wangon termasuk ibu Nining (ahli waris lahan tersebut) berdiskusi perihal rencana Paroki Purwokerta yang membawahi stasi Wangon, untuk merehap taman Gua Maria Sendang Beji yang saat ini kondisinya cukup memprihatinkan. 21 Juli 2012 Pkl 09.00 mengikuti Misa khusus di Gereja St.Paskhalis – Wangon, dipersembahkan oleh romo Totok Puji dari diosen Keuskupan Padang. Yang terlihat oleh pak Pujo, saat misa dimulai terlihat lambang Anak Domba Allah, berubah menjadi gambar 3 bulatan yang menyatu – lambang Tri Tunggal Maha Kudus serta terlihat sosok laki-laki sepertinya Simbah Kakung – pak Mardayat sesepuh Durpo yang telah meninggal pada Maret 2012. Pada saat pembacaan I yang dibacakan oleh seorang ibu memakai kaos putih/kombinasi merah, Lektor tersebut terlihat secara rohani, memakai ABBA serta tutup kepala/kerudung seperti yang biasa digunakan oleh para suster. Demikian juga romo yang sebelumnya memakai jubah hijau, pada saat bacaan I, terlihat duduk di sebelah kiri tarbenakel dengan memaki pakaian biasa / bukan pakai jubah hijau – sebagai pendengar firman. Pada saat bacaan Injil, terlihat romo berjubah hijau seperti saat saat awal misa serta muncul kembali bulatan – lambang Tri Tunggal Maha Kudus. Terlihat juga Romo didampingi anak kecil tanpa paki baju (telanjang bulat). Higga misa berakhir, tidak ada pesan dawuh dari yang kudus. Saya – Sumeri mewakili rombongan dari Bandung, Jakarta, Jogja serta Banjar mohon pamit untuk meneruskan perjalanan ke Ganjuran Trimakasih saudaraku warga stasi St. Paskalis – Wangon, semoga berkat Tuhan Yesus Kristus selalu beserta kita – Amiiin. Sejak misa selesei hingga pukul 12.00, sementara pak Pujono sibuk melayani umat baik yang warga Wangon serta luar wangon (Jakarta, Pekalongan, Banjar serta daerah lainnya) yang meminta bantuan / konsultasi perihal keluarga, kesehatan serta iman dengan yang kudus, dll). Kami bersilaturahmi dan mempersiapkan / berkemas untuk perjalanan selanjutnya. Setelah makan siang di susteran, kami dan beberapa umat yang masih berada di susteran berdoa di pimpin oleh suster Kus dan berkat oleh Romo Totok Puji. Kemudian mohon pamit, terimakasih Suster Kus! Pkl. 12.30, kami – pak Pujono, pak Priyanto, pak Yohanes Mare, pak Rusdi serta saya-Sumeri, berangkat ke GM Candi Ganjuran, sementara yang lainnya pak Yohanes BP, pak Suharto, pak Suroto dan pak Kiat, berangkat ke Banyumas untuk menjemput ibu mertua pak Suharto yang selanjutnya pulang ke Bandung telebih dahulu mampir ke Banjar. Pkl. 17.00 kami tiba di Ganjuran, setelah istirahat kami menuju Candi Ganjuran dan berdoa secara pribadi masing-masing. Yang terlihat: sekuntum mawar merah – lambang Bunda Maria, serta terlihat seorang berhidung mancung memakai baju keprabon dengan kuluk (kopyah bundar Kerajaan) suara yang terdengar “ Abraham Lincoln, aku diutus oleh Gusti untuk menjaga keamanan di Ganjuran.” Selanjutnya terlihat orang memakai gelang besar, beberapa buah cicin kawin yang tertancap di paku besar. Serta seorang ibu yang mengajari anak kecil berdiri. Sewaktu kami berdoa di dalam candi, yang terlihat pada masing2 pribadi al: - Pak Yohanes Mare – di beri gelang dan disuruh pakai. (gelang – lambang rejeki) - Pak Priyanto – garpu tanah / alat pertanian. - Saya-Sumeri – diberi spoon bedak untuk anak-anak. - Pak Pujo - ……………….. tampanen ndang gawanen mulih. Dalam obrolan saat perjalanan dari Wangon menuju Ganjuran, kami bersepakat untuk berkunjung dan kalo memungkinkan menginap di Padepokan Puri Brata yang diprakarsai oleh Romo Rochadi Widagdo Pr. Di Desa Kalimundu – Gadingharjo -Sanden, Bantul , Jogjakarta -55763, Tlp 0274-6915864. Website:www.puribratameditation.or.id E-mail: Info@ puribratameditation.or.id Romo Totok mengontek pak Cahyo 08157990679 – pengelola puri, belio dengan sukacita menerima kami. Pkl. 20.00, kami tiba di Puri Brata, setelah ngobrol kesana-kemari dengan pak Cahyo-pengelola puri, kami istirahat di salah satu kamar yang cukup besar lengkap dengan 10 tempat tidur, 2 kmr mandi, 2 WC serta beranda cukup luas bila ingin mengadakan sarasehan serta fasilatas yang lainnya. Malam itu, kami cukup capek mengingat perjalanan yang lumayan jauh ditambah malam sebelumnya kami sarasehan hingga pukul 12.45 bersama saudara-saudara kami di stasi Wangon sehingga kami sulit berkonsentrasi dan kami isi malam itu ngobrol-ngobrol ringan saja hingga pkl 12.30. 22 Juli 2012 Pkl 09.00, kami misa di salah satu padepokan yang dikhususkan sebagai kapel di Puri Brata, yang dipersemabahkan oleh Romo Totok, yang hadir saat itu kami ber-enam ditambah 2 orang staff Puri Brata. Saat akan memulai misa terlihat Santo Petrus dengan tongkatnya di cantolkan di pundak kiri serta jubahnya yang acak-acakan. (mungkin hal ini mengingatkan romo Totok yang pake jubah tanpa pake ikatan tali …………………..) Terdengar suara “Aku tak mundur” terus terlihat misdinar membantu romo. Pada saat konsekrasi, terlihat Santo Petrus memakai jubah yang model jubahnya tidak seperti yang ada di Indonesia – mungkin model kedaerahan dengan warna hijau. Sedangkan romo Totok terlihat secara rohani di dadanya ada bulatan seperti simbol Tri Tunggal Maha Kudus dan ditengah-tengahnya ada salib serta terlihat sinar terang diatasnya yang menyelubungi romo Totok. Suara yang terdengar “Puri ini Puri Puspasari” simbulnya seperti lambang Adidas – peralatan olah-raga. Penglihatan selanjutnya #Anak Domba Allah dan terlihat hosti besar yang masih utuh serta gulungan firman yang digulung# – pewartaan / misa sudah selesei. Amiin. Nama dan lambang puri ini saya sampaikan ke mas Cahyo – pengelola Puri. Lambang Adidas 3 helai daun/bunga teratai, bila dihubungkan dengan konsep awal pembangunan puri ini, sangat tepat, yakni 1. Nuansa Manusia dengan manusia, 2. Nuansa Manusia dengan alamnya, 3. Nuansa Manusia dengan Sang Penciptanya. Selesi misa, kami sarapan pagi, dalam obrolan pak Priyanto mengusulkan mampir ke Sendangsono, terakhir belio ke Sendangsono tahun 1968, jadi sekalian bernostalgia, kami bersepakat ke Sendangsono karena rencana perjalanan kami hari ini ke rumah pak Pujono di Sewon –Bantul, terus ke rumah romo Totok di Muntilan, jadi memang searah. Pkl. 10.30, Kami pak Pujono, pak Yohanes Mare, pak Priyanto, pak Rusdi, romo Totok serta saya-Sumeri – pamitan sama pengelola puri – mas Cahyo bersama staffnya, selanjutnya menuju ke rumah pak Pujono. Dalam obrolan santai di rumah pak Pujo, kamiminta pada yang kudus untuk lambang pribadi kami masing2. Lambang-lambang tersebut sengaja tidak kami tulis, biarlah mereka mencernakan sendiri lambang baginya. Pak Pujono mendengar suara “kowe ojo ngikuti senengmu dewe ……………………” – semula pak Pujono memang tidak ikut menyertai kami ke Sendangsono, hal ini disampaikan saat perjalan dari Puri Brata menuju rumahnya. Akhirnya Puji Tuhan pak Pujono menyertai kami dalam penziarahan selanjutnya. Sekitar pukul 11.00 kami berangkat ke Gua Maria Sendangsono, dalam perjalanan pak Pujo bertanya pada saya mumpung masih disini apa tidak mampir ke tempat ibu Etty Supriyono? - kawan saya sewaktu masih kerja di Dumai dahulu, dan kami bersepakat mampir dulu. Di rumah ibu Etty kami bertemu suaminya pak Supriyono serta 3 anak gadisnya dan 1 anak laki-laki keponakannya dari Dumai yang kuliah di Jogja. Kami disambut dengan sukacita oleh keluarga tersebut, setelah makan siang, kami berpamitan untuk melanjutkan perjalanan ke Sendangsono. Pkl. 15.00, Kami pak Pujono, pak Yohanes Mare, pak Priyanto, pak Rusdi, romo Totok serta saya-Sumeri, sampai di Gua Maria Sendangsono. Setelah berdoa bersama dengan ujub masing-masing, romo Totok, pak Rusdi serta pak Supriyanto meninggalkan kami bertiga saya-Sumeri, pak Pujono serta pak Yohanes Mare. Setelah kami merenung sebentar, pak Pujo melihat ada orang perempuan kurus pakai baju penari srimpi, penglihatan selanjutnya perempuan bawa gendong bakul sedang membakar lilin, tak lama kemudian menghilang, Kemudian terlihat pengaron/kwali berisi dawet lengkap dengan canting warnah merah beserta tumpukan gelas. Datang laki-laki pakai cawet-celana dalem serta pakai syal di lehernya. Laki2 tersebut memindahkan arah pegangan canting ke arah kami duduk agar kami dapat mengambilnya dengan mudah. Suara yang terdengar “Sing pada butuh nyinduka, banjur di ombe ora perlu di gowo mulih mendak kamanungsan” (= Yang memerlukan silah ambil, lalu diminum, jangan dibawa pulang, berkah hilang). Terlihat ciduknya sudah diambil – kami menyesal belum sempat mengambilnya, tapi kami percaya bahwa kami belum waktunya untuk menerimanya. Terlihat # didepan pinta gua, ada air mengalir / terjun yang sangat jernih, running tex # banyu kang mengalir iki banyu suci udinen, ora oleh kongkonan uwong, kudu mara ndewe# (= air yang mengalir ini air suci atau air kehidupan yang harus kamu cari sendiri,tidak boleh diwakilkan, harus datang sendiri) Bagaimana dengan nama-nama yang kami doakan??? suara yang terdengar “orang yang perlu harus datang, iki kangge kowe bae” (= orang yang perlu harus datang, ini buat kamu saja) Terlihat Gua, pintu masuk gua terlihat terang, ada running tex #Brigde wall Colorado / Bragde Cannon# …………………………………….. Kemudian terlihat: - Kotak kaleng berisi kerupuk, suara yang terdengar “persembahanmu mung segede kerupuk” (= persembahanmu baru sebesar kerupuk) - White board. “Jenengmu ora perlu di tulis, wis ana” (= namamu tak perlu ditulis, sudah ada) - Dalam penglihatan sebelumnya di GM Wangon, kami diminta untuk nama-nama kami di white board jadi memang tak perlu ditulis. - Ada orang turun dari kiri gua, sedang menyalakan lilin memakai korek api kayu. Suara terdengar “Sedoten, ambungen, banjur sedot ben masuk” (= Dihirup, dicium lalu di hisap biar masuk) - sinar terang lilin yang menyala ada dalam hati kami, Amin. Suara selanjutnya # Umbaren nanging ojo nganti muspro” (= bebaskan saja, tapi jangan sampe kehilangan maknanya). Untuk apa lilin tersebut??? , jawabannya “Buat tetulung! Ojo pilih-pilih, kanggo sopo bae sing teko” (= Buat menolong! Jangan pilih kasih, siapa saja yang datang minta pertolongan) Terdengar suara lagi “ Kamurkanmu ilangono, sifat kuwi sih ana neng atimu/awakmu mundak dedongamu/panyuwunmu gagal” (= Hilangkan kemarahanmu, sifat tersebut ada dihatimu yang dapat menggagalkan doa-doamu). Hal ini mengingatkan saya pribadi karena dari anggota keluarga saya akan saya tegur/marahin setelah saya pulang – Trimakasih Tuhan, dan saya berjanji tidak melaksanakan niat tersebut. “Lelungamu iki ono undak-undak ane” (= Ziarahmu ini ada nilai tambahnya), Kami bertanya berapa nilai tambahnya??? Jawabannya “ 2 digit, ya dianggep sing lunga pada” (= 2 digit, dianggap sama nilai bagi pergi) - Terlihat ada anak laki2 balita telanjang, “balita iki nggoleki kowe tanpanen” (= balita ini mencarimu, terimalah!) – anak tersebut saya sedot, terdengar suara “wis ben ngamplok” (= sudah! Biar terikut!) - Terlihat makam cina yang ada salibnya. Kami berdoa bersama (pak Yohanes Mare, pak Pujono dan saya- Sumeri) untuk keselamatan jiwa keluarga pak Yohanes Mare yang bernama bapak Suryanto Wijaya, ibu Ho Yu Sie dan adiknya Eva Ratna yang telah meninggal. Terlihat seorang ibu, diikuti laki-laki dibelakangnya ada perempuan lari/berjalan naik keatas. Terdengar suara “ Ayo pak! Di tunggu ana kene “ (= ayo pak! Ditunggu disini). Terlihat orang laki-laki, suara terdengar “ sing kawogran papan kamulyan durung rawuh, entennono aku tak tok-tok, tak ketuk pintu” ( = Yang berwenang dalam kemah Allah / sorga belum datang, tunggulah saya mau mengetuk pintu dulu) - Kondisi ini mengingatkan kami kembali pada saat mendapat pangeram-eram di gereja Sukoharjo-Jateng (lih. Komunikasi Rohani tgl 3 Maret 2009) kami percaya bahwa ketiga jiwa orang yang kami doakan tersebut berada di tempat penantian menunggu di jemput oleh Tuhan Yesus. Puji Tuhan ! - Terlihat bola dunia, dengan gambar/peta yang ditonjolkan Amerika Selatan. Terlihat running tex # berdoalah kanggo Amerika Selatan ben akeh romo# (= berdoalah bagi Amerika Selatan, biar banyak orang menjadi romo/pastor). – kami bertiga berdoa untuk maksud tersebut. - Terlihat lilin masih menyala, kami bertanya apakah Gua Maria ini masih penuh berkah serta sering dikunjungi Bunda??/ Jawaban-Nya “ Yen Gua Maria iki diresiki, yo balik kaya ngono. Diresiki atine wong kanan kirine. Pada ngambang kurang sujud” (= kalo GM ini dibersihkan secara rohani, ya akan kembali penuh berkat seperti dahulu. Dibersihkan hati/pikirannya orang yang berda di kanan-kiri GM. Mereka kurang percaya). Kami bertanya apa perlu hal ini disampaikan??? Jawaban-Nya “ora usah, kowe mung golek ……………. Kowe mung moro/ nyenyuwun, lakumu bener” (= tidak usah! Kamu hanya mencari ………….. kamu hanya datang menyampaikan permohonan/ doa, Jalanmu sudah benar) - Pada saat kami berkomunikasi rohani, ada peziarah tiga orang, mereka duduk berdoa dibawah pohon di depan patung Bunda. Secara rohani terlihat # digelarkan tikar untuk mereka bertiga oleh penjual dawet yang sama seperti sebelumnya # suara yang terdengar “kabeh diparingi di kon ngombe” (= semua diberi dan disuruh minum) - Terlihat #Anak Domba Allah dengan posisi berdiri menyambutnya dengan agresif# lambang ini diperuntukan bagi tiga orang tersebut juga bagi yang baru datang. Kami heran kenapa kok tidak kami disambut seperti itu? Jawaban-Nya “ Kocekmu sih akeh” (= duitmu banyak). Setelah itu terlihat #mistar/penggaris ukuran 30 cm #. terdengar suara “ iki ukurane mung samene, kowe ojo meri” (= Ukurannya hanya segitu, kamu jangan iri) Komunikasi rohani kami bersama yang kudus di GM Sendangsono, selain dawuh-dawuh yang kami tulis diatas juga ada dawuh tentang bahan-bahan alami yang dapat dijadikan obat kesehatan. Sekitar pukul 17.30, kami akiri dengan doa penutup, kami selanjutnya menuju rumah romo Totok dan sekitar pkl 18.00 kami tiba dirumahnya, setelah bersilahturami makan malam kami berpamitan , diantar oleh romo Totok sampe di jalan besar. Terimakasih Romo Totok !!!, Semoga Rahmat Tuhan bersamamu” Kami menuju airport, mengantar pak Yohanes Mare untuk pulang ke jakarta, selanjutnya mengantar pak Pujono ke rumahnya. Sekitar pkl 19.00, kami pak Rusdi, pak Priyanto serta saya-Sumeri berangkat pulang ke Bandung, sampe diBandung sekitar pkl 04.00 tanggal 23 Juli 2012. Terimakasih Tuhan Yesus atas penyertaan-Mu dalam ziarah kami ini, semoga apa yang kami peroleh dari-Mu ini dapat berguna bagi sesama. Amiiin!!!