Senin, 06 Februari 2012

6 Pebruari 2012

6 Pebruari 2012

Padi hari Senin pagi kami berdelapan berangkat ke Sukabumi, ingin berziarah ke gua Maria yang berada di paroki santo Fransiskus dari Assisi, Cibadak Sukabumi. Aku, pak Mardayat, pak Sumeri, pak Pudjono, pak Abraham, pak Yohanes BP, pak Sumadi dan mas Agus Budianto yang nyopir.

Setelah sampai ke tujuan, kami istirahat sejenak dan ngobrol dengan mas Suhadi, koster di gereja Cibadak. Romo Wahyu sedang di Jakarta karena sesuatu hal. Kemudian kami berdoa mengucap syukur di depan patung santo Fransiskus Assisi. Dari sana dilanjutkan dengan jalan salib yang dipimpin oleh pak Sumeri. Sewaktu aku mencoba photo digital pada pemberhentian pertama, aku cukup kaget karena yang terlihat di layar kamera sepertinya wajah Tuhan Yesus yang sengsara. Begitu aku klik, wajah tersebut hilang, dan yang terekam tetap gambar pemberhentian pertama.

Pak Mardayat merasakan merinding, bulu roma berdiri sewaktu di pemberhentian ketiga dan empat. Pak Pudjono sendiri malah tidak merasakan apa-apa. Sampai selesai jalan salib, tidak ada apa apa dan sepertinya sepi sepi saja. Hanya ada satu hal bahwa terasa ada hujan di sekitar, namun kami semua hampir tidak merasakan jatuhnya air hujan. Ternyata hampir semua daerah Cibadak dan Sukabumi memang hujan, walau tidak lebat.

Pada jam 18.00 sore pak Pudjono dan pak Sumeri sudah berada di depan patung Bunda Maria untuk berdoa, kemudian aku menyusul berdoa rosario. Terlihat juga pak Abraham maupun pak Yohanes datang berdoa. Teman-teman yang lain sedang ngobrol dengan tuan rumah, beberapa pengurus DPP dari paroki Cibadak. Memang situasi pada saat itu rasanya cukup sulit untuk berkumpul bersama dalam doa.

Sewaktu aku menyusul berdoa rosario, pak Pudjono mengatakan bahwa ada terlihat simbul selendang kecil-kecil yang diarahkan ke pak Sumeri, pak Pudjono, ke aku, ke pak Abraham maupun pak Yohanes. Kemudian terlihat simbul bulus berwarna hitam yang secara pelan pelan berubah warna menjadi kuning. Suara yang terdengar mengatakan bahwa gua ini boleh disebut sebagai :”Guwo Margo Utomo”

Bebarapa saat kemudian pak Pudjono melihat ada simbul bola putih tiga dan tulisan :”GOD.” Suara yang terdengar :”Telu-telune genep atunggal, dadi siji.”

Kemudian yang tinggal di gua hanya aku dan pak Pudjono. Setelah selesai doa semua, pak Pudjono berkata bahwa terlihat satu lilin kecil menyala dan suara :”Cadhongen mumpung wong loro, banjur gawanen munggah. ….. Wis mundura, tinimbang kowe ora tenang.” Kami berdoa mencoba menerima lilin menyala tersebut.

Kemudian kami semua berkumpul bersama dengan beberapa pengurus paroki dan ngobrol kesana kemari. Beberapa saat kemudian pak Sumeri dan pak Pudjono kembali ke gua untuk berdoa. Yang dilihat mereka berdua adalah :
 simbul seperti balon berjumlah tiga, kemudian simbul salib
 simbul ada pintu kecil, yang kiri kanannya tembok batu. Ditengah-tengahnya terlihat terang dan seutas tali yang menggelantung
 Simbul salib yang terlihat kembali
 Batok kelapa separo yang tengkurab namun ditengahnya seperti ada kuncir ke atas.
 Tuhan Yesus sepertinya sedang berada jauh di sebelah barat.

Karena teman lain sudah ingin pulang malam itu, maka kami bertiga menutup dengan doa di depan patung Bunda Maria. Mengucap syukur dan terima kasih sekalian mohon pamit.
Berkisar jam 01.30 kami sudah tiba I Bandung kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jagalah kesantunan dalam berkomunikasi, walaupun diselimuti kemarahan, kejengkelan, tidak puas dan sejenisnya.