Kamis, 29 Oktober 2009

Pengalman Mei 2009

Pengalaman Rohani di bulan Mei 2009

13 Mei 2009

Hari Selasa malam pak Pudjono datang dari Yogyakarta dan aku jemput, langsung mampir ke rumah pak Mardayat. Kami ngobrol di teras rumah dan pak Pudjono mengatakan bahwa Tuhan Yesus hadir dengan pakaian putih, namun tidak turun untuk menghampiri kami. Sepertinya Dia hanya memberikan tanda bahwa selalu menyertai kami dan kemudian kondur ke atas. Akhirnya pak Pudjono menginap malam itu di rumah pak Mardayat dan aku pulang ke rumah.

Keesokan harinya aku datang lagi untuk mengantar pak Pudjono mengambil uang pensiun. Secara kebetulan bapak ibu Suyono datang menengok keponakannya, bapak ibu Mardayat yang sudah lama tidak berjumpa. Kami ngobrol di teras rumah dimana ibu Suyono bercerita begitu banyak. Kemudian sebelum pamit ibu Suyono berkata ingin berdoa terlebih dahulu. Setelah selesai berdoa, pak pudjono mengatakan bahwa ada yang dilihat bahwa di meja ada photo Tuhan Yesus dan sebuah lilin menyala. Ibu Suyono kaget koq bisa melihat yang tidak kelihatan, bagaimana caranya. Rencana pamit diundur dan kami ngobrol kembali panjang lebar. Ibu Suyono berdoa kembali dan kemudian yang dilihat pak Pudjono sudah berubah, lilin masih menyala dan ada patung Tuhan Yesus seperti dibuat dari lilin seukuran manusia normal di hadapan bu Suyono. Karena tidak ada bisikan yang terdengar, kami ngobrol tentang simbul-simbul tersebut dengan pikiran dan nalar yang kami perkirakan.

Akhirnya mereka berdua pamitan dan mengundang kami untuk singgah di rumahnya di daerah Setiabudi atas dan kami sanggupi. Kamipun pamitan kepada keluarga pak Mardayat untuk mengambil uang pension dan pulang ke Girimande.

Rabu malam itu aku dan pak Sumeri berkumpul di rumah pak Pudjono bertiga, ngobrol berbagai macam tentang novena yang baru saja kami selesaikan. Tidak ada utusan yang kelihatan rawuh namun ada suara dan simbul-simbul yang didengar pak Pudjono, apabila kami bertanya sesuatu. Saat tersebut kami manfaatkan untuk bertanya tentang permohonan doa yang diminta oleh saudara-saudara sewaktu novena. Ada keluarga yang sudah tiga belas tahun mendambakan anak, ada calon legislative yang ingin berhasil dan yang lainnya lagi termasuk saudara pak Yohanes yang sakit di Ngawi.

Kemudian kami bertanya tentang simbul-simbul kami secara pribadi pada saat itu. Pak Sumeri dengan keluarganya maupun pak Pudjono diberi simbul bermacam-macam dan ada suara yang menjelaskan secara samar dari simbul-simbul tersebut. Aku sendiri diberi simbul linggis, alu penumbuk padi, kemudian simbul mengumpulkan bambu yang dipotong-potong diikat seperti membuat konstruksi. Kemudian simbul mengumpulkan balok kayu yang juga diikat seperti membuat konstruksi dan yang terakhir simbul jala ikan. Kami mengira-ira maksud simbul tersebut dan ada suara yang berbunyi :”Niat ingsun gawe becik.” Mungkin ini suatu doa pendek yang harus selalu aku ucapkan.

Setelah selesai dengan simbul, kami bertanya kira-kira ada tulisan apa di rumah kami masing-masing, karena ibu Suyono menceritakan bahwa dia memasang gambar Tuhan Yesus di ruang makan apakah diperbolehkan. Beliau berdua sebagai umat dari GKI yang jarang memasang gambar-gambar, kecuali photo keluarga. Dalam pandangan pak Pudjono di gambar Hati Kudus Tuhan Yesus yang Mahakudus ada tulisan yang tidak begitu jelas, sepertinya sosiete (?) of Yudea.

Rumah pak Pudjono maupun pak Sumeri ada tulisan yang diberikan dan maksud ungkapan tersebut disampaikan, untuk dikupas masing-masing. Biarlah itu menjadi renungan pribadi dari setiap keluarga.

Dalam pandangan pak Pudjono di rumahku ada tulisan :”Home of candidate” dan terdengar banyak orang yang meneriakkan kata-kata :”Hoya - hoya - hoya.” Aku bingung dan bertanya apa maksudnya dan ada jawaban :”Neptune ketemu.”

Kemudian ada tulisan seperti bahasa Latin :”Huma we Ave Curate Ole Home (?)” Apakah tulisan itu betul atau salah karena kurang begitu jelas. Kemudian kelihatan ada simbul lingkaran bulat tiga buah (000). Hal ini mengingatkan aku akan simbul Allah Tritunggal yang Mahakudus.

Simbul kami bertiga pada malam itu adalah kata-kata :”Wong telu temu widi” dan kami agak bingung. Kemudian suara lagi :”Wong telu sawitri asih” yang menambah bingung. Maklum bahwa bahasa Jawa kami tidak begitu bagus sehingga tidak mengerti maksud kata-kata Jawa lama. Kemudian dijelaskan dengan suara :”Saling ana kasih”

Kami juga bertanya tentang perkembangan rencana mendirikan gereja di Gedebage, bahwa masih ada dua orang yang menghambat. Simbul yang diberikan adalah dua orang tersebut dirangkul dikiri dan dikanan. Kemudian simbul banyak orang yang sedang saling berangkulan. Setelah itu muncul simbul sedang toast mengangkat gelas ke atas bersama-sama. Jika ingin disyarati dengan sarana, maka cukup rempela ati ayam dibungkus dengan ususnya dipendam di sawah yang ada di tempat itu.

Pagi sudah menunjukkan pukul 02.30 maka kami pamitan pulang, karena pagi harinya akan ada acara lain yang harus kami lakukan.


14 Mei 2009

Kamis malam aku, pak Pudjono, pak Sumeri dan bapak ibu Mardayat pergi ke rumah bapak ibu Suyono untuk bersilaturahmi. Ibu Suyono bercerita banyak sekali tentang pengalaman kesaksian hidup yang dialami serta menceritakan seluruh anak cucunya. Selesai makan malam kami mulai berbicara tentang firman Tuhan. Dan kita diminta untuk membuka Alkitab. Tuan rumah mengajak membuka Amzal 5:15 yang ditafsirkan bahwa air kencing sendiri sebagai obat penyembuhan, kemudian menceritakan kesaksian-kesaksian penyembuhan.

Karena bercerita tentang firman, maka membuka Injil Yohanes yang bercerita tentang Firman sebagai awal mula kejadian. Pak Pudjono bertanya kepada yang di atas apakah yang dimaksud dengan firman itu, dan dijawab yang kurang lebih :”Firman iku janji sing kudu ditepati. Yen ora ditepati, jenenge kuwi mung krungu. Sing sapa nampa kudu diestokake. Mula kowe kabeh kudu wani ngestokake. Firman kuwi ana telu, kang kapisan Gusti piyambak. Kapindho manungsane kang nampa, lan katelu kuwi kesepakatan antara manungsa kaliyan Gusti.”

Untuk kita yang berkumpul :”Kanggo kowe kabeh ya sing uwis kok wetokake ana atimu.”

Kemudian dalam penglihatan pak Pudjono datang seorang perempuan yang mengaku bernama ibu Subandi. Dia berkata yang kurang lebih :”Aku dongakna gen endang diswargakake.” Hal ini cukup membuat bingung untuk bapak ibu Suyono dan bertanya apa maksudnya. Kemudian kami berdoa spontan masing-masing kepada Tuhan, mendoakan ibu Subandi yang masih ada hubungan keluarga dengan keluarga besar pak Mardayat maupun ibu Suyono. Pak Sumeri sendiri yang berdoa kepada Bunda Maria dan hal ini mengingatkan aku bahwa penampakan Bunda Maria di Fatima dan di rumah Pasirimpun sewaktu retreat.

Berkisar pukul sembilan malam Gusti Yesus kersa rawuh piyambak, berdiri di tengah-tengah kami menghadap ke ibu Suyono. Ada suara yang didengar pak Pudjono :”Saiki Aku sembahen” Hal ini disampaikan kepada ibu Suyono dan ia bertanya siapa yang akan disembah karena kata Gusti saja dianggap bisa berarti ganda, yang bisa dipakai untuk orang-orang di kraton. Dia mengatakan harus komplit Gusti Yesus. Kami semua turun dari kursi ke lantai untuk menyembah-Nya dan berdoa masing-masing.

Tuhan Yesus berkata :”Aku aja kok unek-unekke. Aku ora perlu disangsikan. Sing rawuh ya Gusti Yesus.” Kemudian Tuhan Yesus menjauh ke belakang ke dekat tembok untuk memberi kesempatan ibu Suyono bercerita. Yang kelihatan kemudian adalah selendang putih yang menjulur dari atas ke bawah. Dalam pikiranku yang terbayang Bunda Maria, namun aku bertanya maksud dari selendang seperti sutera tersebut dan dijawab :”Dalan sumbering urip iku saka ndhuwur. Kuwi mau rak gantine Aku.”

Kemudian Dia berada di depan ibu Suyono kembali dan menjadi kecil, seperti patung di atas meja. Kami mempersilahkan kepada ibu Suyono untuk ngobrol dengan Tuhan, jika ada uneg-uneg yang akan disampaikan. Kemudian bu Suyono berdoa panjang sekali untuk anak cucunya. Tuhan Yesus kemudian berbalik arah menghadap ke pak Sumeri dan sejenak kemudian berkata :”Uwis cukup, Aku tak kondur.” Setelah itu tidak kelihatan lagi.

Kemudian pak Pudjono bertanya simbul iman kami masing-masing untuk malam itu. Simbul untukku malam itu yang dilihat pak Pudjono sepertinya aku memakai seperti stola sedang memberkati banyak orang satu persatu dengan tanda salib. Simbul kedua sepertinya aku membawa Kitab Suci tetutup yang ditumpangkan ke kepala kepada banyak orang. Simbul ketiga sepertinya aku sedang merangkul seseorang dan membisikkan sesuatu ke telinganya. Demikian seterusnya kepada banyak orang. Simbul kepada yang lainnya biarlah menjadi renungan dan rahasia pribadi masing-masing.

Kemudian kami pamitan pulang karena sudah hampir tengah malam. Kurang lebih enam jam kami berkumpul bersama untuk ngobrol yang rohani.

Terima kasih Tuhan Yesus, terima kasih Bunda Maria bahwa beberapa hari ini kami dipertemukan dengan orang-orang Katolik maupun Protestan yang membutuhkan bantuan kami. Kami hanya bisa berbicara yang semoga sesuai dengan firman yang telah diajarkan. Amin.


15 Mei 2009

Jumat malam itu aku ke rumah pak Pudjono karena dia sendirian di rumah. Kami ngobrol tentang pengalaman rohani di rumah keluarga pak Suyono, antara lain kehadiran arwah ibu Subandi yang minta didoakan. Aku juga menghubungi pak Bachtiar menyampaikan penampakan dan pesan untuk rencana pembangunan gereja di Gedebage.

Dalam pembicaraan berdua kami bertanya-tanya bagaimana sebenarnya orang-orang suci yang berada di surga itu. Yang kita lihat selama ini bisa berpakaian macam-macam, malahan ada yang berwujud seperti binatang yang mungkin hanya simbul. Akhirnya kami bertanya kepada Tuhan Yesus sendiri tentang pemikiran kami selama ini. Dan pikiran kami membayangkan bagaimana jika kita ketemu saudara tua yang meninggal sewaktu anak-anak, dan kami sekarang sudah berkisar enampuluhan tahun. Apakah saudara tua kita itu tetap anak-anak dan kita sudah tua. Nyatanya Gusti berkenan menjawab pertanyaan kami, walaupun tidak ada wujud yang kelihatan.

:”Pakaian kaswargan ikut putih kabeh lan nempel ana kulit. Iku kang disebut kulit kajang. Kabeh kulite padha. Kulit surgawi, kulit putih resik, ora ana abang ora ana ijo”

Mengapa yang kami lihat dengan mata rohani seperti orang biasa?
:”Ya kuwi kulit kang ngetoki kowe, gen kowe bisa ngerteni, maknani, saka ngendi asale. Pokoke ana swarga kuwi ora ana lanang lan wedok, cendhek dhuwur. Kabeh putih resik. Umur ya mangkono, kabeh padha, ora ana tuwa ora ana enom, kabeh padha.”

Tentang mekrad Dalem Gusti :”Lha yen kuwi tandhane beda, supaya kowe bisa mangerteni endi sing kudu disembah. Lha mengko yen Gusti rawuh, kowe malah lali. Kuwi pathokane kaya sing diajarake gereja.”

:”Yen kanggone Gusti, kabeh kuwi padha. Lha yen kowe rak isih kudu milah-milahake, endi sing kudu digugu, sing kudu ditolak. Mula kuwi kowe kudu ngerti Gusti sing kudu disembah, gen ora kleru.”

Kami bertanya bagaimana menjawab orang yang belum bisa melihat meragukan pengalaman rohani ini dan dijawab :”Jawabane ana rasa. Yen uwis dirasakake terus dikunyah, diudhari, bener tenan apa ora, banjur dicocokake nganggo ajaran kang wus kok tampa. Lha neng kono ajaran spesial, ajaran kuwi mau kanggo meyakinkan yen Gustimu rawuh. Bab warnane, rupane, asale kudu dilalekake. Intine Gusti wus rawuh ana ngarepmu. Yen kowe nganggo rupa, asal, malah mundhak kesuwen, malah lali intine. Banjur matura :Gusti, manunggala kaliyan kita. Banjur ana kono Roh Kudus sing bekerja.
Mula sing jenenge wening kuwi penting. Ngerti yen Gusti rawuh, uwis manunggal, uwis meresap. Banjur munia :Gusti kula aturi ngendika. Jawabane ana atimu, aja kok jawab nganggo pikiranmu, karepmu lan sateruse. Jawaban kuwi secara spontan ora muasake kang takon, sebab jawaban ora ilmu, ora ilmiah ananging rasa kang susah diandharake. Wis, pikiren dhisik.”

“Biarlah Roh yang berbicara. Dadi Gusti rawuh kuwi Roh sing guneman, dudu kowe. Mulakna kowe isa nampa lan isih isa omong karo Darmono”

Kami ngobrol kembali merenungkan pesan ini dan kami teringat tulisan yang di gambar lukisan Tuhan Yesus di rumah ibu Suyono (societe of Yudea). Kami bertanya tentang makna tulisan tersebut, yang kelihatan malah tulisan kembali :”Yudea show in marite (?) of guide. Galilee was Sodom, Galilee was gerand (?)” Hal ini malah membuat kami semakin bingung dan bertanya apa yang dimaksud dan dijawab :”Tegese sugenge, utawa purba wasesane. Swargane uwong Yahudi dudu Galilea ning Yudea. Ya kabeh ketemu ana kono. Memang ajarane Gusti berkembang lan ditampa ana kono. Wiwitane Gusti mijil rak ya ana kono.
Bait Allah kuwi bisa ora ana, nanging mujizat tetep langgeng. Yerusalem kuwi rak tempate ziarah, dudu mujizat. Yerusalem kuwi tempat ziarah lan ibadat. Dadi sucine ya ana Yehuda. Yehuda kuwi rohe, Yerusalem panggonane. Yerusalem Baru kuwi hidup yang membahagiakan. Tegese Yerusalem baru kuwi lepas. Yerusalem Baru kuwi lepas saka belenggu urip. Yen kowe bisa nemokake Yerusalem Baru, kuwi mukti. Mukti kuwi dudu kadonyan. Yen kowe nggoleki swarga, kudu donyane dhisik. Dadi loro-lorone ora bisa lepas.
Yerusalem kuwi didelok nganggo mata, yen Yerusalem Baru didelok nganggo rasa ing jero ati”

Yang terlihat untuk simbul Yerusalem adalah tempat yang bertembok seperti kerajaan. Sedangkan simbul Yerusalem Baru adalah : orang atau anak yang dipangku oleh orang yang bersila kemudian terus didudukkan di tempat agak tinggi. Simbul kedua orang bersila tersebut sedang merias si anak, kemudian diletakkan berdiri di sisinya..

Kemudian kami bertanya tentang Amzal 5:15 dan dijawab :”Uwong kuwi asale saka uyuh, mati karo urip njaluka saka uyuh. Mula yen nambani nganggo uyuhe dhewe, dudu uyuh jaran. Uyuh kuwi suci. (air kencing dan air mani) Loro-lorone suci, kari butuhe lan d inane.”

Kami bertanya kalau kencing di tempat yang dianggap angker dan dijawab :”Kuwi rak mung galak gathung. Paribasane diisingi. Tegese diisingi kuwi mung dipledhingi.”

Perihal ampuh mana antara ludah dan air kencing dijwab :“Sing marahi temama dudu barange, ning niate.”


19 Mei 2009

Pagi hari itu aku berdua dengan pak Pudjono ngobrol dan akan menengok Jack Hallan yang sedang sakit. Siapa tahu Tuhan berkenan menerima doa-doa kami untuk membantu dia. Sepertinya Tuhan sudah mengatur sedemikian rupa, karena keluarga Jack masih di rumah, malahan pak Weking, saudaranya dari Dumai bernama Asro dan Jhoni sedang berkumpul memasak ikan.

Jack Hallan kelihatan kurus dan berpikirnya mulai lambat. Isterinya bercerita bahwa dari asam urat yang berlebihan berdampak ke ginjal dan akhirnya ke jantung. Aku bercerita bahwa pengalamanku dengan ketumbar yang disangrai atau goreng sangan dan ditumbuk untuk dibuat minuman cukup menyembuhkan. Dalam penglihatan pak Pudjono malahan butiran jagung yang disangrai dan dimakan. Kemudian malah disuruh banyak memakan ikan bukan daging.

Pak Weking yang menjadi juru bicara sewaktu aku bertanya asal mula bertumpuknya penyakit. Rasa percaya diri yang jauh turun karena hasil tulisannya yang belum bisa masuk cetak, ditambah karena diberhentikan sebagai guru di yayasan dimana anak-anak semakin banyak membutuhkan biaya. Dalam pendengaran pak Pudjono ada suara yang meminta buku bab satu diperbaiki dan diperpanjang ceritanya. Kemudian Jack diminta untuk lebih percaya diri bahwa kehidupan ini memang harus tetap dijalani walaupun berliku-liku naik turun. Selama masih mau berjalan, pada saatnya pasti akan sampai ke tujuan.

Kemudian pak Weking menanyakan tentang kehidupan Asro yang sudah belasan tahun belum mempunyai anak. Dia pernah sakit karena ketakutan tertular virus sars (?) sewaktu di Singapur dan cukup parah, padahal dari hasil diagnose tidak apa-apa. Dalam penglihatan pak Pudjono, ada tembok besar yang menghalangi yang harus ditembus. Asro sendiri berkata bahwa sudah pasrah karena sekarang sudah empatpuluhempat tahun umurnya. Pak Pudjono sendiri bercerita bahwa sebelumnya didatangi roh yang melayang-layang mengaku bernama Lisa. Lisa sudah pernah berbentuk janin namun digugurkan oleh ibunya dan sekarang ingin masuk kepada siapa yang membutuhkan. Kemudian Asro diminta untuk menelan telur mentah yang mungkin sebagai simbul, kemudian diminta untuk menengadahkan tangan menerima Lisa tersebut.

Aku berkata jika memang Tuhan menghendaki, segalanya bisa terjadi. Dan aku mengingatkan bahwa Abraham menantikan kelahiran anaknya yang dijanjikan selama belasan tahun. Kemudian simbul yang dilihat pak Pudjono ada boneka perempuan di atas meja. Kami berdoa bersama mengucap syukur akan kebaikan Tuhan dan dilanjutkan dengan makan siang bersama. Aku dan pak Pudjono merasakan bahwa bulan ini menjadi bulan yang penuh berkat.

20 Mei 2009

Pagi-pagi aku ke rumah pak Pudjono karena akan mengunjungi keluarga pak Suyono. Sebelum berangkat kami mampir dulu ke rumah pak Mardayat untuk memberi tahu. Pak Mardayat sendiri sudah berangkat ke rumah sakit untuk kontrol kesehatan dan kami hanya lapor kepada ibu Mardayat.

Kedatangan kami berdua disambut dengan penuh sukacita bagaikan tamu yang tidak disangka-sangka. Kami ngobrol macam-macam tentang Kitab Suci dan ibu Suyono yang lebih banyak bercerita tentang kesaksian-kesaksian yang dialami selama mengikut Tuhan Yesus, menjadi guru sekolah minggu, menarik banyak orang menjadi pengikut Kristus serta kehidupan anak-anaknya yang empat orang.

Sewaktu selesai makan siang bersama, pak Pudjono mengatakan bahwa ada simbul gajah yang kita kenal sebagai Ganesha. Saya katakan bahwa selama ini simbul gajah memberi makna sebagai ilmu pengetahuan yang duniawi maupun rohani. Karena tidak ada tanggapan, kami tidak membicarakan kembali untuk menggali mengapa yang kelihatan simbul Ganesha.

Setelah beberapa waktu ngobrol, pak Pudjono mencoba untuk bertanya kepada Tuhan yang tidak kelihatan, kira-kira pesan apa untuk keluarga bapak ibu Suyono. Suara yang terdengar kurang lebih :
“:Tamakna antepe atimu kanggo uwong sing mbutuhake. Dongakna kanggo uwong lara lan kecumpen. Ujarna kanggo uwong kang ora krungu, ndhak malah dadi watu sandhungan. Tutugna anggonmu silih kasih. Gatekna pangeram-erame Gusti, kabeh mau bakal kaleksanan. Tuhan memberkati. Gulawenthahen anak-anakmu kang uwis kok tampa.”

Pak Pudjono mengatakan bahwa kami berdua sebagai saksi bahwa pesan tersebut telah disampaikan untuk keluaga ibu Suyono. Kemudian pak Pudjono meminta bapak ibu Suyono gantian menjadi saksi untuk kami berdua, kira-kira pesan apa yang akan disampaikan Gusti untuk kami. Pesan untuk pak Pudjono :”Terusna karyamu. Kudu bisa nglalekake omah. Nuruta dhawuh-Ku, rezeki kuwi uwis ana dhewe saka Aku. Age-agea menyat, akeh uwong kang nunggu, kang nggoleki lan mbutuhake. Gong-mu uwis ana.”

Kemudian pesan untukku :”Wengkunen uwong kuwi, ben karyane akeh lan lancar. Dora sona ilangna (aja sok ambeg). Atimu anyar kudu kok bukak kanggo nylametake uwong. Gustimu bakal rawuh sadurunge kowe padha turu. Laksanakna, Tuhan memberkati”

Kemudian kami pamitan karena ingin menjenguk Budi Prakosa saudara pak Pudjono yang sakit kanker usus. Karena di rumahnya kosong, kami langsung ke RS Adven walaupun belum jamnya. Aku begitu kaget dan trenyuh karena anak remaja tersebut begitu kurus tinggal tulang dan kulit. Pak Pudjono meminta aku untuk mendoakan dan memberkati walau keluarga tersebut muslim. Aku berdoa memohon kepada Tuhan Yesus maupun Bunda Maria, kemudian aku memberkati seperti prodiakon, bukan sebagai imam. Semoga Tuhan memberikan yang terbaik bagi keluarga tersebut. Sebagai manusia, aku mengharapkan mujizat agar Tuhan semakin dipermuliakan.

Malam itu aku menghubungi ibu Pudjono biar berbicara langsung dengan pak Pudjono, dan seperti sudah diatur oleh Tuhan. Acara sembahyangan seribu hari ibunya pak Pudjono diundur seminggu, sehingga pak Pudjono bisa mendampingi adik misannya.


21 Mei 2009
Kamis malam Jumat Kliwon seperti biasa kami berkumpul bersama di rumah pak Mardayat. Yang hadir pak Andil Bukit, pak Weking, pak Yohanes, pak Abraham, pak Sumeri, pak Sumadi, pak Pudjono, pak Siahaan dan aku sendiri. Jadi bersepuluh.

Kami ngobrol macam-macam termasuk musibah pesawat Hercules yang membawa banyak korban, para calon presiden yang sudah mulai kampanye. Berkisar pukul sembilan malam acara aku buka dengan doa dilanjutkan makan malam. Selama doa tersebut, yang kelihatan oleh pak Pudjono dan pak Sumeri orang berpeci hitam. Dari pengalaman selama ini, sepertinya simbul bahwa akan ada yang meninggal dan kita kenal.

Pada malam itu sepertinya Roh Kudus berkenan hadir ke dalam diri pak Sumadi, yang kemudian berbicara memberi petuah-petuah. Simbul yang kelihatan sepertinya ada sinar putih yang masuk ke diri pak Sumadi.

Malam itu memang tidak ada yang kelihatan kecuali suara yang dapat didengar oleh pak Pudjono. Karena hari itu pas peringatan kenaikan Tuhan Yesus diangkat ke surga, maka kami bertanya tentang kenaikan tersebut. Jawaban yang kami terima lewat pak Pudjono kurang lebih sbb. :”Mati, banjur wungu lan ora mati maneh amarga uwis dikalahake. Yakuwi kang disebut Tuhan beserta kita. Allah saka Allah, Roh saka Roh. Roh Allah kang Mahakuwasa kang nyembadani kowe. Dadi Roh kang turun. Yen ora katon, kuwi dudu urusanmu.”

“Roh kang mudhun menyang sawijining uwong iku kang disebut karunia.”

“Ya mung Gusti Yesus kang dipanjingi Roh kang Mahasuci”

“Roh Kudus kuwi sing duwe Aku, tumurun ana Gustimu, mula kuwat ngemban parentah Bapa ing swarga. Mula disebut Putra Kinasih. Kowe mung putra sembaran (?), putra kadonyan, diwengku didadekake siji untuk dipulihkan. Gampangane gen bisa munggah swarga. Dadi Gurti Yesus Putra-Ku dhewe, lank kowe disebut putra aran. Ana kene sing penting janjimu menyang Aku, kang paring rupa, paring warna lan sipinunggalane. Pokoke sing milih kowe kuwi Aku, mula tak ajak mrene.”

Pak Pudjono bertanya tentang omongan kami berdua sewaktu dia berbicara, apakah mungkin sudah dirawuhi Gusti tetapi tidak diajak masuk ke dalam surga. Apakah itu kekawatiran atau kesombongan rohani. Dan dijawab :”Ora perlu kok ucapake maneh. Kuwi urusan-Ku. Kuwi jengenge ngilani. Mengko kowe mundhak malah kesandhung. Kena apa isih padha bimbang? Kudune rak malah manteb.”

Pak Pudjono bertanya lagi mengapa hanya ada suara, tidak ada yang rawuh, dan dijawab :”Durung wayahe.”

Kemudian Roh Kebijakanaan, Roh Mengajar masuk ke diri pak Abraham. Tetapi pak Abraham diam saja, hanya mengatakan bahwa tangan kirinya ada enerji yang masuk. :”Sajake Abraham durung siap nampa. Roh kang apik mlebu ana papan kang apik. Tangan kiwamu ana apane?”

Pak Pudjono bertanya arti Putra ontang anting dan dijawab :”Putra ontang-anting kuwi putra kan ora dianakke (tidak diperanakkan). Allah yang kudus, Roh kang kudus ana piyambake. Dadi yen ana pawongan sing nyebut suci, kuwi goroh. Tri Tunggal yang Mahakudus, liyane ora. Liyane kang ngaku kudus ora ana.”

:”Pandelenganmu ora tekan.”

:”Anak aran kuwi syarate gampang, mung saling mengasihi.”

Kami bertanya tentang kelompok Durpa, apakah sudah boleh disebut anak aran, dan dijawab :”Iya, berkah-Ku ana panggonanmu. Berkah-Ku tak pawehke menyang awakmu. Aku ora milih-milih, aja wedi.”

Kemudian ada perintah untuk pribadi masing-masing dan aku dikatakan :”Sasi iki lagi cupet, ora susah mulang dhisik.”

Kami bertanya tentang Injil Markus yang dibacakan pada pesta kenaikan Tuhan tadi pagi dan dijawab :”Injil iku diwartakake amarga kabar sukacita, kabar keselamatan. Aku ora ngudokake, ning panyuwun-Ku kowe kabeh melua Aku. Niru apa kang tak lakoni. Dibaptis kuwi sing percaya. Becike dibaptis amarga kuwi dadi tandha. Ajaran Katolik kuwi ajaran kebenaran, mula kudu dadi Katolik. Yen mung apik-apik wae ning ora bener, kuwi dudu Katolik.”

Pertanyaan baptis dan sunat
:”Nek kowe ora ngerti Gustimu ora apa-apa. Ning yen kowe ngerti Gustimu, kudu melu Aku, ngilangi bebendu gen slamet. Cekake mengkene, sunat kuwi ngilangi cilaka. Sing dikucuri banyu tegese slamet. Sing disunat njarag ora wani dibaptis. Sunat alami dudu sunat surgawi; sunat dhawuhe nabi dudu dhawuhe Gusti.”

:”Sunat dhawuhe Gusti kuwi kang wani nyirik, wani ora nglakoni sing dudu dhawuhe Gusti. Mulakna Sunat Batin kuwi luwih abot katimbang sunat alami, sebab ana janji wani nolak ora nglakoni. Dheweke bisa sak-emper karo kowe.”

:”Air baptisan kuwi tenanan, ora guyon. Sunat batin kuwi ngestokake dhawuh Dalem, ning ora wani baptis. Baptis kuwi paribasane yen sertifikate ana, bisa nyenyuwun kanggo munggah swarga. Sertifikat kuwi kanggo nyuwun slamet. Sertifikatmu patent, mesti munggah swarga.”

“Sing siji paribasane duwe sertifikat nanging durung di-cap. Mula kaya sing tak aturake mau, kudu nyenyuwun.”

Bagaimana dengan bayi yang dibaptis dan tidak dibaptis?
“Baptisane nylametake. Ora ana dina, ora ana tuwa, ora ana pakarya. Roh tetep bali munggah, roh kang suci”

Bagaimana dengan ajaran tentang dosa asal?
“Ora nganggo dosa asla. Dosa asal kabeh uwal. Dosa asal kuwi dosa kang tangeh lamun, ora ana ukurane. Dosa sawektu durung mengenal Allah. Dosa sing sejatine kowe ora ngerti.”

“Mengenal Allah kuwi mung mengenal angen-angen, durung ngerti wujude apa. Mengenal Kristus kuwi mengenal kang kuwasa, kang turun, kang nemoni. Dadi kowe luwih jelas lan ngerti, Gusti kang ketok, kang dinyatakake. Dadi Allah pada karo Kristus.”

“Dadi Allah kuwi tan kinira adohe, yen Kristus bisa digapai, ana tekane. Mula Gusti rawuh kuwi ana rasa. Sing peka ya gampang ketemu. Sing ora peka bisa ngrasakake karana liya; Ana soroting kalbu, banjur tuwuh rasa manteb, rasa percaya dhiri, rasa wani, rasa entheng, temama, rasa ana kancane. Conto liyane sing gampang yen lagi lara banjur sambat, Gusti nyuwun mantun, terus mari. Kuwi Gusti wus rawuh banjur ngurapi. Mung umume ora krasa.”

“Ora usah digagas, sing penting uwis duwe srtifikat.”

Pertanyaan pak Mardayat sewaktu berdoa terkadang bulu kuduk berdiri
“Gusti rawuh ora ngasta deduka ananging ngasta pepadhang, kudune ora wedi. Dadi rasane padha.”

Penglihatan tentang simbul-simbul seperti Semar atau salib
“Simbul Semar kuwi anggepen dewa kadonyan, dewa pengamping. Simbul salib kuwi jenenge sengsara, dudu musibah. Musibah kuwi thegseg. Yakuwi tingkatan kasangsaran, kurang senenge-ing ati, rasa penggalih dudu musibah, mung sawetara.”

“Musibah kuwi ana jadwale, ora bisa direka-reka, tekane dadakan njur thes. Kabeh kuwi ora bisa diukur nganggo akal, mula nyenyuwun tinebihna saking angkara.”

“Sing gawe musibah dudu Gusti. Musibah kuwi jane kahanan kang mengerikan, dahsyat. Kuwi ana jadwale dhewe-dhewe, ora bisa dikarang.”

Ungkapan Siapakah aku ini?
“Gusti ngerti kowe sapa lan kowe ngerti Aku sapa.”

”Gusti mekrad dina Sebtu Legi. Loro-lorone ora bener (Katolik dan Ortodox). Umume yen uwong Jawa senenge Sebtu Legi. Sebtu Legi kuwi wening, mula dipilih Gusti nggo mekrad. Kemis kuwi dina pathokan, dudu mekrade. Kemis kuwi warsa, tengah-tengah.”

Jawaban mengagetkan dan kami berhenti istirahat :”Bunda Maria kuwi lahir tanggal telu Januari (03-01 ?).” Acara ditutup dengan doa yang dipimpin pak Sumadi. Jam sudah menunjukkan pukul 01.12 pagi.

Simbul yang kelihatan sebuah huruf “I” kemudian “M” menjadi satu. Kami tidak tahu, apakah simbul tersebut dari Imanuel atau Iesus dan Maria? Aku pernah melihat simbul “IC XC” dari bahasa Yunani yang berarti Yesus kritus.


25 Mei 2009

Pagi itu setelah mengantar anak sekolah aku akan langsung ke Pasirimpun. Karena jalan macet maka aku memotong lewat Girimande, sekalian mengirim daun Ranajiwa untuk anak pak Pudjono. Kebetulan pak Pudjono masih di rumah, maka aku tidak jadi ke Pasirimpun malahan mengantar pak Pudjono menengok saudaranya yang sakit. Kami mampir dulu ke rumahku untuk ganti helm dan ngobrol sebentar dengan isteriku. Dia cerita bahwa ada surat dari True life in God Amerika. Aku buka dan aku bacakan sedikit tentang pesan Tuhan Yesus melalui Vassula. Ada mijizat di LA pada tanggal 18 Januari 2009 sewaktu Vassula sharing pengalaman. Bunda Maria berkenan hadir yang disaksikan banyak orang dan nyala lampu menjadi berubah warna keemasan (lihat di www.miracleinlosangeles.info).

Kemudian kami berdua pergi menengok yang sakit. Aku hanya bisa mendoakan dan menumpangkan tanganku ke dahi Budi Prakosa yang sakit, dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Biarlah Tuhan sendiri yang berkarya, sesuai dengan kehendak-Nya. Sinar wajahnya sudah mulai redup karena hidup dari infuse yang bermacam-macam, warna hijau, bening, kuning dan putih susu bergantian.

Pulangnya kami mampir ke pondokan pak Sumeri, yang ingin bertemu dan kami ngobrol seperti biasa. Kemudian pak Pudjono bertanya kepada yang di atas, tentang persatuan gereja seperti pesan Vassula.

ada simbul Y dan suara :”Y iku Yahma (?), kuwi simbul umat Katolik. Lha yen Protestan simbule H kang tegese Habil. Habil kuwi ubah atawi muter. Simbul Ortodox O kang tegese orate, abdi utawi umat sing padha kumpul, tersohor. Paling kina.”

Kemudian pak Pudjono bertanya asal muasal yang berhubungan dengan Gusti sendiri. Yang terlihat oleh pak Pudjono simbul-simbul yang berurutan sbb.:

1. 2. kemudian huruf I dan M menjadi satu, 3. huruf P dan X menjadi satu, 4. telur putih, 5. simbul dua V yang satu terbalik menjadi satu ( spt XX), 6. kemudian XX tersebut di atasnya ada gambar bulat seperti wajah ada mata telinga mulut, 7. kemudian gambar orang laki-laki bersila,


1 ugil, Yahma kuwi mau
2 tegese mundhak satu tingkat, sampun gesang, sampun mandiri
3 sampun murba, sampun muncul, tegese gesang kang genep
4 tegese kari ngenteni, mudhal, ambegsa
5 sampun langkung sae malih, sampun dipun paringi asma, asmanipun I’llham…..
6 terus simbul O
7 terus nggoleki enggon kanggo mijil

8. kemudian orang tersebut berdiri merentangkan tangan ke bawah tangan tengkurab, suara “Mak jlug ke dunia”, yang 9. kemudian orang tersebut seperti berlutut berdoa tangan berpegang batu di hadapannya (di taman Getsemani?). 10. Kemudian terlihat gambaran orang sedang berjalan-jalan.

Setelah kami ngobrol lagi mencoba merenungkan apa yang kami terima, pak Pudjono melihat gambaran orang sedang bersila, sepertinya semadi atau sedang berdoa. Dan gambaran ini lama sekali, sampai kami pulang. Yang jelas kami semua bingung dengan simbul-simbul tersebut, apa makna sebenarnya, yang bisa ditangkap dengan mudah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jagalah kesantunan dalam berkomunikasi, walaupun diselimuti kemarahan, kejengkelan, tidak puas dan sejenisnya.