Jumat, 31 Januari 2014

Durpa Wasesa

16 Juli 2013 Selasa malam aku dan pak Sumeri berkumpul dirumah pak Pudjono ngobrol biasa. Kami masih penasaran tentang penjelasan Papan Pangentosan atau tempat penantian, semalam sebelumnya. Tidak seperti biasanya, malam itu terasa cepat. Pak Pudjono melihat sepertinya ada kursi kuna yang diletakkan di samping. Dari pengalaman sebelumnya, biasanya akan tamu, entah malam itu atau hari lain. Kemudian pak Pudjono melihat seekor gajah yang sebelumnya mendampingi bapa Wahyu Dumadi. Jawaban yang keluar dari mulut sang gajah :”Papan Pangentosan kuwi papan kanggo wong lara lapa, wong gering atine, wong lungkrah, wong nestapa. Bakal digandheng, dimulyaake dening -- sareng Sang Kristus -- Gusti piyambak.” Pak Pudjono bertanya apakah untuk orang yang masih hidup atau sudah mati? Jawabannya :”Mesthine sing ora ana. Dadi gampangane wong kang uripe sengsara, ketula-tula, diidak-idak, dicerca, kaparingan penghiburan dening Gusti -- sareng Gusti. Ana kene ngemu teges uripe dioyak-oyak, dipilara amarga labuh labet mring sesami. Gampangane pengorbanane gedhe tumrap agama.” Papan Pangentosan menika panggenanipun wonten pundi? Suara jawaban :”Papane beda beda, sing ngreksa beda beda, sing ngaturake beda beda. Gampile Gusti Yesus namung nampi wonten Astanipun. Wis ngono dhisik, resepna.” Aku bertanya ke pak Pudjono, apak yang menjawab sang gajah, dan manya siapa? dan dijawab bahwa namanya Durpa Wasesa. Ki Durpa Wasesa melanjutkan :”Gusti Yesus wungu malih ngagem kamulyan panguwaos mligi surgawi. Tegesipun bibar wungu saking seda, sadaya babagan surgawi.” Pada saat kami menerima jawaban, datanglah pak Siahaan dengan membawa permasalahan keluarga yang dihadapi. Komunikasi rohani terputus pada saat itu, karena melayani pak Siahaan. Ternyata obrolan semakin panjang, dan pak Sumeri tertidur. Percakapan malah kebablasan sampai tengah malam. Kami putuskan untuk istirahat dan besok paginya mengunjungi saudara yang terkena stroke.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jagalah kesantunan dalam berkomunikasi, walaupun diselimuti kemarahan, kejengkelan, tidak puas dan sejenisnya.