Jumat, 31 Januari 2014

Sembahyang 4 Juli 2013

4 Juli 2013 Kamis malam dalam suasana hujan rintik rintik, kami keluarga Durpa berkumpul di rumah mas Marselus (Ilut) dan Tina. Yang datang aku, pak Pudjono, pak Abraham, pak Sumeri, pak Sumadi, pak Yohanes BP, keluarga mas Totok. Dalam penglihatan pak Pudjono, ternyata hadir juga roh pak Mardayat, pak Saan dan seorang perempuan China bernama Valentin Dwi. Kemudian terlihat lilin kecil menyala. Kami masih ngobrol kesana kemari dan berkisar pukul 21.00 kami semua berdoa Rosario maupun safaat secara spontan. Aku sendiri mendoakan mbak Atik dan mas Tjiptadi yg sedang sakit. Aku sudah diberitahu pak Pudjono bahwa ada simbul anglo untuk mbak Atik. Maka aku hanya bisa berdoa pasrah, apa yang terbaik buat yang bersangkutan (berkisar jam empat pagi ada telepon dari Jakarta bahwa mbak Atik sudah dipanggil yang kuasa) Selesai berdoa, pak Sumeri bertanya apakah masih perlu mendoakan bagi mereka yang sudah ketahuan berada di kemah Allah. Suara yang terdengar oleh pak Pudjono :”Ora susah wae, wis slamet, becike ndonga kanggo sing liya wae. Aditya isih adoh, ora ketok.” Kemudian pertanyaan pribadi saling disampaikan, yang sebagian besar berkaitan dengan kebutuhan duniawi. Percakapan ini begitu rame yang tahu tahu sudah melewati tengah malam. Hujanpun masih berlangsung, walaupun pak Sumeri sudah mengajak untuk menutup pertemuan. Berkisar jam satu pagi, pak Pudjono seperti melihat Bunda Maria hadir walau hanya sejenak. Semua diminta untuk berdoa dengan kebutuhan masing masing melalui Bunda Maria. Setelah Bunda pergi, terlihat seorang perempuan yang berkebaya cukukp ketat, entah siapa orang tersebut. Dalam doa, mas Totok seperti melihat Bunda Maria sedang menutupi seorang anak kecil yang telanjang. Pak Sumadi melihat pelangi dan pohon kelapa. Beberapa saat kemudian pak Pudjono sesuatu yang gelap berwarna hitam, selanjutnya berubah menjadi orang yang cukup langsing sedang lenggah siniwaka. Setelah disapa, orang tersebut berubah menjadi lilin kecil yang menyala, di belakangnya ada salib tanpa corpus. Suara yang terdengar :”Sinaring jagat kang adi. Bengi iki kowe nemoni; tegese pinanggih kaliyan aryanipun Gusti Yesus piyambak. Milanipun mboten Gusti piyambak ingkang tedhak.” “Jagatmu kudu koq rubah; kowe kudu bisa dadi sinaring jagat. Kowe kudu bisa dadi tuladhaning …..” Pak Pudjono bertanya, apa bedanya lilin paskah yang besar dengan lilin kecil, dan ada suara yang terdengar :”Lilin Paskah namung ubarampe. Lilin kecil malah sinar kang adi..” Kemudian terlihat salib yang cukup tnggi dengan corpus, warna kehitaman. Dibawah salib terlihat seperti huruf “X” Suara yang terdengar :”Salib Kristus; “X” kuwi kanggo pancatan, kanggo uwong sing nggoleki Kristus, nggoleki buah buah salib Kristus kanggo kowe.” Kemudian dibawah salib terlihat ada gambaran putih yang mengelilingi salib, yang menggantikan tanda X. Suara yang terdengar :”Kang ajaib, kang mustahil uwis kebedhek; tegese yen kowe bisa nyemplung, … slamet. Ateges ana sajroning lingkaran kebahagiaan dibawah kaki salib Kristus. Gampangane aman ndherek Gusti Yesus.  (tanda panah) wis tekan, kabul. Ateges salib Kristus mboten sia sia, ora muspra.” Pak Pudjono bertanya, apakah yang berkumpul ini juga sudah masuk ke dalam lingkaran tersebut. Suara yang terdengar :”Gampangane oleh.” Kemudian pak Pudjono melihat simbol cicak berwarna putih, dan suara yang terdengar :”Nguwatake panemumu, ngiyani.” Karena hujan sepertinya berhenti, kami berdoa mengucap syukur sebagai penutup, yang kami lakukan sekitar jam dua pagi. Aku harus mengantar pak Abraham, sebelum pulang ke rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jagalah kesantunan dalam berkomunikasi, walaupun diselimuti kemarahan, kejengkelan, tidak puas dan sejenisnya.