Selasa, 10 November 2009

Pengalaman Januari 2005

14 Januari 2005

Hari Jumat Legi 14 Januari 2005 adalah hari bahagia buat anak sulungku Agustinus Darmodjo yang melaksanakan janji perkawinan dalam Misa Kudus dengan Elida Tamba. Pak Pudjono mengatakan bahwa sewaktu Misa Kudus tersebut Santo Petrus bersedia hadir dan memberi pesan :”Dadia kokoh, kikih lan keukeuh kaya aku.” Kurang lebih pasangan tersebut diminta untuk kokoh kuat, mau kerja keras tanpa mengeluh dan ulet dalam berpendirian sebagai pengikut Kristus, seperti Santo Petrus.

Pada hari Minggunya Bunda Maria mengatakan kurang lebih :”Hujan adalah hujan dan jangan menolaknya, karena akan dapat merugikan orang lain demi kepentingan diri sendiri. Hujan gerimis adalah simbul yang membawa suasana adhem, ayem lan tentrem. Kalau hujan besar dapat menjadi simbul bencana. Segalanya sudah berjalan dengan baik dan lancar yang perlu disyukuri. Jangan berpikir segala kekurangan dan menjadi beban karena tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu berpeganglah kepada-Ku, yang menjadi Bunda Pengantara kepada Tuhan.” Memang pada saat selesai perkawinan yang diteruskan dengan acara syukur makan bersama di aula gereja , mulai gerimis kecil-kecil.

16 Januari 2005

Malam hari setelah dari rumah pak Siahaan sembahyangan hari Minggu, aku dan pak Yohanes mampir ke rumah pak Pudjono. Kami berdoa mengucap syukur karena Tuhan Yesus dan Bunda Maria berkenan hadir bersama kami.
Sewaktu aku bertanya tentang simbul benang berdiri ke atas yang pernah diberikan dahulu, Bunda Maria mengatakan :”Pancen Aku kang dadi penyambung antara donya lan swarga. Mulane kowe kabeh padha pasraha marang Aku.” (Memang aku yang menjadi penyambung antara dunia dan surga. Makanya kalian semua harus memasrahkan diri kepadaku) Bunda Maria juga mengatakan tentang perayaan perkawinan anakku hari Jumat kemarin.

Sewaktu aku menanyakan tanda salib, Tuhan Yesus mengatakan :”Sing bener iku yen arep donga, kudu saka njeroning ati sing wening. Yen nggawe tandha salib, kudune tekan udel lan dirasakake temenan, tangan kiwa ana dhadha. Tandha salib iku dadi angger-angger kang kudu dilaksanakake, sijine pikiran perkataan lan perbuatan nyata. Karya iku nandhakake kanggo uwong liya, yen kowe ngakoni lan seneng karo Aku.” (Yang benar itu kalau akan berdoa, harus dari dalam hati yang bening. Kalau membuat tanda salib, harusnya sampai pusar dan dirasakan beneran, tangan kiri di dada. Tanda salib itu menjadi undang-undang yang harus dilaksanakan, satunya pikiran perkataan dan perbuatan nyata. Karya itu menandakan untuk orang lain, kalau kalian mengakui dan senang dengan Aku)

Sewaktu kami memohon ajaran untuk malam itu, dijawab :”Dongaa kanggo uwong sing lagi nandhang sengsara lan sing nggawe aniaya marang kowe.” (Berdoalah bagi orang yang sedang menderita sengsara dan yang menganiaya kalian)

Tentang Injil yang mengatakan bahwa beberapa orang tidak akan mati sebelum Putera Manusia kembali dengan mulia, dijawab :”Roh iku ora bisa mati, sing mati wadhage. Mati wadhage lan rohe terus tangi nggoleki Aku menyang papan kamulyan. Iku sing jeneng nggoleki Aku, terus mlebu menyang swarga. Lha yen ora terus tangi, iku kang bakal oleh bebendu paukuman. Paukuman iku werna-werna. Suci iku ora wedi ngrasakake lara lan mati. Sing disebut suci iku pancen angel, amarga isih kasinungan pepenginan, isih sok rumangsanan.” (Roh itu tidak bisa mati, yang mati badannya. Mati badannya dan rohnya terus bangkit mencari Aku ke tempat mulia. Itu yang namanya mencari Aku, terus masuk ke surga. Jika tidak terus bangun, itu yang akan mendapat hukuman. Hukuman itu macam-macam. Suci itu tidak takut merasakan sakit dan mati. Yang disebut suci itu memang sulit, karena masih diisi keinginan, masih sok merasa diomong orang lain)

Simbul malam itu untuk pak Pudjono adalah luwak, :”yen golek pangan bengi, teleke mambu. Isih durung ana akeh uwong sing bisa nampa lan ngakoni.”
Pak Yohanes simbulnya kakaktua yang berarti temuwa.
Aku sendiri disimbulkan kuntul blekok :”Iku simbul manuk sing mabur ana langit tekan ngendi-endi. Wawasane uwis cukup akeh, nanging ora ana hubungane karo buku pemahaman sing lagi mbok tulis lho. Tulisanmu iku lagi bisa ditampa sing uwis dhuwur, nanging durung bisa ditampa kanggone ngisoran. Kabeh iku mau amarga kahanan sing ora bisa diubah. Ya gen kahanan mau kuwi lumaku dhewe, amarga Gusti sing bakal mbubarake sisane.” (Itu simbul burung yang terbang di langit sampai kemana-mana. Wawasannya sudah sukup banyak, tetapi tidak ada hubungannya dengan buku pemahaman yang sedang kamu tulis lho. Tulisanmu itu baru bisa diterima yang sudah tinggi, tetapi belum bisa diterima untuk yang dibawah. Semua itu tadi karena keadaan yang tidak bisa diubah. Biarkan keadaan itu berjalan sendiri, karena Tuhan yang akan menyelesaikan sisanya)

Sewaktu kami menanyakan tentang kematian Tuhan Yesus, dijawab :”Aku seda ing dina Jumat Wage lan tangi ing dina Minggu Legi. Mulane padha dongaa memuji atur panuwun marang Gusti Allah-mu sing paring pengurbanan marang kowe kabeh.” (Aku wafat di hari Jumat Wage dan bangkit di hari Minggu Legi. Makanya berdoalah memuji dan bersyukur, berterima kasih kepada Tuhan Allah kalian yang memberikan pengorbanan kepada kalian semua)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jagalah kesantunan dalam berkomunikasi, walaupun diselimuti kemarahan, kejengkelan, tidak puas dan sejenisnya.